Pintasan.co, Aceh – Bencana banjir terus meluas di Provinsi Aceh setelah hujan lebat mengguyur wilayah tersebut sejak 18 hingga 26 November 2025. Hingga Rabu (27/11) sore, sebanyak 10 dari 23 kabupaten/kota menetapkan status darurat bencana. Sedikitnya 14.235 KK atau 46.893 jiwa terdampak dan 1.497 jiwa dari 455 KK harus mengungsi.
Berdasarkan laporan Badan Penanggulangan Bencana Aceh (BPBA), banjir dan longsor terjadi secara hampir bersamaan di sejumlah wilayah akibat curah hujan tinggi, angin kencang, dan kondisi geologi labil.
“Musibah ini membuat 14.235 KK atau 46.893 jiwa terdampak dan 1.497 jiwa dari 455 KK mengungsi,”
kata Plt Kepala Pelaksana BPBA, Fadmi Ridwan, dikutip dari Antara, Kamis (27/11/2025).
Dua Warga Meninggal, Fasilitas Pendidikan Roboh
Peristiwa banjir ini juga menelan dua korban jiwa di Kabupaten Aceh Utara.
M. Afdalil (27), warga Gampong Jrat Manyang, meninggal setelah terseret arus banjir saat melintas di jalan persawahan.
“Korban sempat hendak ditolong warga lain, tetapi derasnya arus korban tak tertolong,”
kata Kapolsek Tanah Jambo Aye Polres Aceh Utara, Iptu Agus Alfian Halomoan Lubis.
Korban lainnya, Muzammil (30), warga Tanjong Babah Krueng, meninggal akibat tersengat listrik ketika mencoba menyelamatkan ayamnya dari banjir.
Bencana juga merusak fasilitas pendidikan. Gedung asrama Dayah Najmul Hidayah Al Aziziyah di Kabupaten Bireuen ambruk setelah pengaman tebing runtuh.
“Alhamdulillah tidak ada korban karena santri sudah diungsikan dari semalam ke masjid pesantren,”
ujar Pembina dayah, Tgk Adli Abdullah.
Jalan Lintas Putus, Mobilitas Warga Lumpuh
Akses transportasi ikut terdampak. Jalan lintas Bireuen–Takengon putus total akibat banjir dan longsor di dua titik.
Dirlantas Polda Aceh, Kombes Deden Supriyatna, mengimbau masyarakat menunda perjalanan karena tidak ada jalur alternatif.
16 Kabupaten/Kota Terdampak, Ribuan Warga Mengungsi
Laporan BPBA terbaru menyebut banjir kini meluas ke total 16 kabupaten/kota, dengan 33.817 KK/119.988 jiwa terdampak dan 6.998 KK/20.759 jiwa mengungsi.
Sebagian besar wilayah masih tergenang, beberapa di antaranya bahkan belum menunjukkan tanda-tanda surut, seperti Pidie, Aceh Timur, Bener Meriah, Aceh Barat, Subulussalam, Aceh Singkil, hingga Aceh Utara. Di beberapa titik, ketinggian air dilaporkan mencapai 50–130 sentimeter.
Status Darurat Hidrometeorologi
Melihat kondisi yang terus memburuk, pemerintah menetapkan status darurat bencana hidrometeorologi pada delapan kabupaten/kota:
Aceh Besar, Pidie, Aceh Utara, Aceh Singkil, Aceh Barat Daya (Abdya), Aceh Tengah, Aceh Tenggara, dan Aceh Barat.
Upaya pemerintah dilakukan menindaklanjuti surat Menteri Dalam Negeri Nomor 300.2.8/9333/SJ tanggal 18 November 2025.
Pemerintah daerah diimbau mengaktifkan posko siaga darurat BPBD, mengevakuasi masyarakat, menyiapkan logistik dan layanan kesehatan darurat, serta melakukan pemantauan debit air sungai dan data cuaca.
Tindakan yang direkomendasikan kepada masyarakat, antara lain:
- segera evakuasi ke tempat aman atau lebih tinggi,
- mematikan listrik, gas, dan kompor sebelum meninggalkan rumah.
BPBA menegaskan bahwa koordinasi dengan BPBD terus dilakukan untuk mengoptimalkan penanganan darurat.
BPBA mengimbau masyarakat agar tetap waspada terhadap potensi banjir, tanah bergerak, dan longsor, terutama pada wilayah bercurah hujan tinggi.
Mitigasi sederhana seperti membersihkan saluran air, menghindari lereng saat hujan, serta memantau informasi BMKG dan BPBD diharapkan dapat membantu mengurangi risiko bencana di tengah cuaca ekstrem yang masih berlangsung.
