Pintasan.co, Kendal – Warga Desa Kutoharjo, Kecamatan Kaliwungu, Kabupaten Kendal, terus melestarikan tradisi kirab Grebeg Sumpil sebagai bentuk penghormatan dan rasa syukur atas peran tokoh penyebar ajaran Islam di Kaliwungu.
Grebeg Sumpil adalah tradisi arak-arakan masakan khas Kaliwungu, yaitu nasi yang dibungkus daun bambu dengan sambal kelapa sebagai lauk.
Nasi tersebut kemudian disusun dalam bentuk gunungan dan diarak keliling kampung dengan iringan pawai budaya.
Sebelum diarak, prosesi Grebeg dimulai dengan pembacaan doa bersama di makam Wali Hasan Abdullah atau Eyang Pakuwojo.
Tradisi Grebeg Sumpil ini dilaksanakan oleh warga sebagai bagian dari penyambutan bulan puasa, dengan harapan dapat menjalankan ibadah dengan lancar.
Warga pun dengan antusias berdesakan untuk merebut gunungan yang diyakini membawa keberkahan. Dalam waktu singkat, ratusan bungkus sumpil habis terludes oleh kerumunan.
Selain sumpil, warga juga berebut gunungan hasil bumi dan jajanan pasar yang turut diarak.
Warga Kaliwungu, Afif, mengatakan bahwa ia selalu menantikan tradisi ini setiap tahun. Ia meyakini bahwa sebungkus sumpil membawa ribuan berkah.
“Setiap tahun selalu ada, alhamdulillah tadi bisa dapat sumpilnya meskipun harus berdesak-desakan,” kata Afif seusai mengikuti Grebeg sumpil di sekitar kompleks makam Eyang Pakuwojo, Minggu (9/2/2025) sore.
Afif menuturkan, sumpil bercita rasa asin – pedas dari perpaduan sambal kelapa yang dibungkus terpisah.
“Rasanya enak, cara makannya kayak ketupat. Terus yang istimewa itu lauknya cuma sambal kelapa saja, tapi sangat nikmat,” tuturnya.
Pengurus makam Eyang Pakuwojo, Muhammad Mustofa, menjelaskan bahwa tradisi ini telah dilaksanakan sejak 14 tahun yang lalu.
Meskipun sudah berganti generasi, pihaknya tetap melaksanakan tradisi ini sebagai warisan leluhur yang perlu dilestarikan.
“Setiap menjelang puasa, warga Desa Kutoharjo menggelar acara ini sebagai haul ruwahan. Ini murni keinginan masyarakat untuk menghormati para penyebar ajaran islam di Kaliwungu, terutama Eyang Pakuwojo,” kata Mustofa.
Mustofa menjelaskan bahwa antusiasme masyarakat tetap tinggi setiap tahun, meskipun tradisi Grebeg Sumpil selalu diadakan.
“Alhamdulillah antusias warga selalu ramai menyambut tradisi ini,” paparnya.
Juru kunci makam, Sobirin, menambahkan bahwa sumpil adalah makanan khas Kaliwungu yang terbuat dari beras, mirip ketupat berbentuk kotak yang dibungkus daun kelapa.
Menurutnya, sumpil melambangkan rasa pasrah terhadap takdir kehidupan yang telah ditentukan.
“Sumpil itu artinya sumelehno uripmu marang pangeran ingkang langgeng,” tandasnya.