Pintasan.co, Yogyakarta  Relokasi pedagang Teras Malioboro 2 (TM 2) ke kawasan Ketandan dan Beskalan dijadwalkan dimulai pada pertengahan Januari 2025.

Kedua lokasi ini dirancang dengan sentuhan arsitektur Indische dan Tionghoa, menciptakan suasana baru yang diharapkan dapat tetap menarik pengunjung Malioboro.

Kepala Dinas Koperasi dan Usaha Kecil Menengah (DiskopUKM) DIY, Srie Nurkyatsiwi, menyatakan bahwa persiapan relokasi hampir selesai, meskipun ada sedikit keterlambatan dalam proses pembangunan di salah satu lokasi.

“Proses bangunnya ada keterlambatan sedikit, namun yang mau ditempati sudah oke. Tinggal pembersihan saja,” ujar wanita yang akrab disapa Siwi tersebut.

Lokasi Teras Malioboro 2

Kedua lokasi relokasi ini berada tidak jauh dari Jalan Malioboro, meskipun posisinya sedikit lebih masuk ke dalam dibandingkan dengan lokasi Teras Malioboro 2 saat ini maupun Teras Malioboro 1.

Kawasan Ketandan, yang terletak di belakang Toko Ramayana, sudah mencapai 90 persen dalam proses penyelesaiannya.

Ornamen dan elemen pendukung lainnya juga telah dipasang, semakin mempertegas nuansa khas yang ingin diwujudkan.

Di sisi lain, Beskalan mengusung desain bangunan tiga lantai dengan gaya Tionghoa.

Akses menuju lokasi ini bisa dijangkau melalui Jalan Malioboro, melewati lorong di bawah bangunan yang diperkirakan akan digunakan sebagai kantor.

Di bagian selatan gerbang Beskalan, terdapat kutipan kalimat inspiratif dari tokoh Tionghoa yang tertulis di tembok, menambah nilai estetika dan budaya pada tempat tersebut.

Berdasarkan pengamatan di lokasi, meskipun lantai ketiga gedung di Beskalan masih dalam proses pengerjaan, lantai pertama dan kedua yang akan digunakan oleh pedagang sudah selesai dibangun.

Para pekerja terlihat sibuk menyelesaikan berbagai detail agar target penyelesaian pada awal Januari tercapai.

Siwi menjelaskan bahwa ukuran lapak yang akan ditempati pedagang tetap sama seperti sebelumnya, dengan beberapa penyesuaian teknis khusus untuk pedagang kuliner dan jenis usaha lainnya.

“(Teknisnya) sama persis dengan Teras Malioboro 1 dulu,” tuturnya.

Menurutnya, proses pengundian lapak yang diselenggarakan oleh Pemerintah Kota Yogyakarta telah berlangsung lancar tanpa kendala signifikan.

“Terkait (tanggapan) undian tersebut itu versi masing-masing. Tapi sampai saat ini kami belum ada komplain, dan intinya anggota sudah siap,” jelas Siwi.

Terkait ukuran lapak yang akan diterima oleh para pedagang, Siwi mengungkapkan bahwa ukurannya bervariasi, tetapi tidak memberikan detail lebih lanjut.

“Ada yang sama pertama begitu, tapi kalau yang kuliner atau apa itu kan sudah komunikasikan dengan teman-teman PKL kalau pastinya mereka akan bisa menyesuaikan ya kalau yang lainnya itu sama,” jelasnya.

“Karena ini sama persis apa yang sudah didapatkan oleh teman-teman Teras Malioboro 1 dulu,” tambahnya.

Pemda DIY merencanakan relokasi sebanyak 1.041 pedagang yang akan dimulai pada pertengahan Januari 2025.

Baca Juga :  Pakuwon Mall Jogja, Pusat Perbelanjaan Populer di Yogyakarta

Meski jumlah final pedagang masih menunggu konfirmasi dari Pemkot Yogyakarta, pihak DiskopUKM DIY tetap optimis dengan pelaksanaan relokasi ini.

“Kami punya target, pokoknya awal Januari 2025 sudah mulai pindah,” tegas Siwi.

Relokasi ini diharapkan tidak hanya memberikan kenyamanan bagi para pedagang, tetapi juga menjaga daya tarik Malioboro sebagai ikon pariwisata Yogyakarta.

Mengusung perpaduan gaya Indische dan Tionghoa, lokasi baru ini diharapkan mampu menawarkan pengalaman unik bagi para pengunjung.

Relokasi pedagang Teras Malioboro 2 ke kawasan Ketandan dan Beskalan merupakan langkah strategis yang diambil Pemda DIY untuk menata area Malioboro.

Selain menyediakan ruang usaha yang lebih layak bagi para pedagang, desain bangunan yang mengusung nilai-nilai budaya diharapkan dapat meningkatkan daya tarik Malioboro sebagai salah satu destinasi wisata unggulan di Indonesia.

Kritik dari pedagang Paguyuban Tri Dharma

Proses relokasi pedagang Teras Malioboro 2 di Yogyakarta menuai kritik dari pedagang yang tergabung dalam Paguyuban Tri Dharma.

Mereka menganggap pelaksanaan relokasi, terutama mekanisme pengundian lapak, tidak transparan.

Ketua Koperasi Tri Dharma, Arif Usman, menyampaikan bahwa para pedagang diundang untuk menghadiri proses pengundian yang diselenggarakan oleh Pemerintah Kota Yogyakarta pada 31 Desember 2024 di Jalan Parangtritis.

“Sosialisasi relokasi awalnya dilakukan secara masif, di mana satu pedagang bisa diundang hingga lima kali,” ujarnya beberapa waktu lalu.

Meskipun sosialisasi sudah dilakukan, Arif menilai proses pengundian masih jauh dari prinsip transparansi. Banyak pedagang merasa kecewa karena tidak mendapatkan lapak di lantai 1 atau di lokasi strategis sesuai dengan yang dijanjikan.

“Pengundiannya pertama tidak transparan. Yang kedua, mereka dijanjikan untuk dapat lantai 1 dan juga lapak strategis, ternyata mereka dapat di lantai 2,” tegasnya.