Pintasan.co – Hari Raya Idul fitri dan Idul adha adalah momen yang sangat dinanti oleh umat Islam di seluruh dunia. Salah satu tradisi yang hampir selalu menyertainya adalah mengenakan baju baru. Kebiasaan ini bukan sekadar simbol kebahagiaan, tetapi juga memiliki filosofi mendalam yang berkaitan dengan ajaran Islam.
Baju Baru: Tradisi yang Berakar Kuat
Tradisi memakai baju baru saat Hari Raya telah berlangsung sejak zaman Rasulullah ﷺ. Dalam sebuah hadis disebutkan bahwa Umar bin Khattab radhiyallahu ‘anhu pernah meminta Rasulullah ﷺ untuk mengenakan pakaian terbaik saat Hari Raya dan saat menerima tamu penting. Ini menunjukkan bahwa Islam menganjurkan umatnya untuk tampil rapi dan bersih, terutama di momen kebahagiaan seperti Hari Raya.
Di berbagai belahan dunia, umat Islam merayakan Idulfitri dan Iduladha dengan mengenakan pakaian terbaik mereka. Di Indonesia, misalnya, banyak orang membeli baju baru sebagai bagian dari persiapan menyambut Hari Raya. Hal ini menjadi simbol kegembiraan, kesyukuran, dan penghormatan terhadap momen suci tersebut.
Makna Spiritual di Balik Baju Baru
1. Simbol Kesucian dan Pembaruan Diri
Hari Raya bukan hanya perayaan kemenangan setelah berpuasa atau berkurban, tetapi juga momen untuk kembali kepada fitrah (kesucian). Mengenakan baju baru bisa dimaknai sebagai simbol kebersihan hati dan kesegaran diri setelah sebulan penuh beribadah atau menyumbangkan sesuatu yang berharga di jalan Allah.
Allah berfirman dalam Al-Qur’an:
“Wahai anak cucu Adam! Pakailah pakaianmu yang indah di setiap (memasuki) masjid…”
(QS. Al-A’raf: 31)
Ayat ini menegaskan bahwa mengenakan pakaian yang baik dalam momen ibadah adalah bentuk penghormatan terhadap kebesaran Allah.
2. Manifestasi Syukur atas Nikmat Allah
Mengenakan pakaian baru juga merupakan salah satu cara untuk mengungkapkan rasa syukur atas rezeki yang diberikan Allah. Syukur bukan hanya diucapkan, namun juga diwujudkan dalam bentuk amal, seperti berbagi kebahagiaan dengan sesama.
Rasulullah ﷺ bersabda:
“Allah sungguh itu indah dan menyukai keindahan.”
(HR.Muslim)
Hadis ini mengajarkan bahwa Islam tidak melarang seseorang tampil indah dan rapi, dengan syarat tidak berlebihan atau sombong.
3. Kesederhanaan dan Kebersamaan
Meskipun membeli baju baru adalah kebiasaan yang baik, Islam juga mengajarkan kemudahan. Baju baru tidak harus selalu mahal atau mewah, tetapi yang penting adalah bersih dan layak dipakai. Lebih dari itu, hakikat Hari Raya terletak pada kebersamaan, berbagi dengan sesama, dan mempererat tali silaturahmi.
Dalam sejarah Islam, Rasulullah ﷺ tidak selalu memakai baju baru, tetapi beliau selalu memastikan pakaiannya bersih dan pantas ketika Hari Raya tiba. Ini menjadi pelajaran bahwa kebersihan dan penghematan lebih penting daripada kemewahan.
Tradisi mengenakan baju baru di Hari Raya bukan sekedar gaya hidup, namun memiliki makna spiritual yang di dalamnya. Ia menjadi simbol kesucian, ucapan syukur, dan bentuk penghormatan terhadap momen suci. Namun Islam juga mengajarkan keseimbangan—mengenakan pakaian yang layak tanpa berlebihan, serta mengutamakan kebersihan hati dan kebersamaan dengan sesama. Dengan memahami filosofi ini, kita dapat menjadikan Hari Raya lebih bermakna, bukan hanya dari segi penampilan, tetapi juga dalam spiritualitas dan kebajikan.