Pintasan.co, JakartaMenteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati memberikan kritik tajam terhadap kebijakan tarif dagang yang diterapkan Presiden Amerika Serikat, Donald Trump, terhadap 60 negara, termasuk Indonesia.

Menurut Sri Mulyani, kebijakan tarif resiprokal yang diambil oleh Trump tidak memiliki dasar ekonomi yang kuat dan melampaui teori ekonomi yang selama ini menjadi acuan dalam kebijakan internasional.

Menurutnya, kebijakan tersebut hanya bersifat transaksional dan tidak didasarkan pada prinsip-prinsip ekonomi yang benar.

“Ini benar-benar hanya transaksi semata, tanpa landasan ilmiah ekonomi. Jadi teman-teman, saya minta maaf, ilmu ekonomi yang biasa dipelajari sepertinya tidak berguna lagi dalam konteks ini,” ujar Sri Mulyani dalam acara Sarasehan Ekonomi bersama Presiden Republik Indonesia, Selasa (08/4).

Sri Mulyani menilai pendekatan yang diambil oleh Trump cenderung pragmatis, lebih fokus pada penutupan defisit perdagangan tanpa memperhatikan keseimbangan ekonomi global.

“Yang penting tarifnya dulu, tujuannya hanya untuk menutup defisit,” tegasnya.

Menteri Keuangan juga mengingatkan bahwa Presiden Prabowo telah menegaskan pentingnya kesiapan menghadapi dunia yang kini dipimpin oleh para realis dan pragmatis, bukan lagi oleh praktisi ekonomi klasik.

“Kita harus menghadapi situasi ini dengan pikiran terbuka, pragmatis, dan cepat. Kita harus mampu mengambil kebijakan yang dapat segera memperbaiki keadaan dan memanfaatkan peluang yang ada,” ujarnya menambahkan.

Baca Juga :  UNISA Yogyakarta Melibatkan Ahli Gizi dalam Program Makan Bergizi Gratis