Pintasan.co, Jakarta – Lebih dari 500 orang dilaporkan mengalami luka-luka akibat ledakan dahsyat yang mengguncang Pelabuhan Shahid Rajaee di Iran selatan pada hari Sabtu, menurut keterangan dari otoritas darurat nasional.
Menurut laporan yang dikutip oleh sejumlah media lokal, termasuk kantor berita IRNA, Organisasi Kedaruratan Nasional Iran menyampaikan bahwa sedikitnya 516 korban telah dibawa ke rumah sakit untuk mendapatkan perawatan medis.
Peristiwa tersebut bermula dari kebakaran yang terjadi di area dermaga kontainer pelabuhan sekitar pukul 12.00 waktu setempat (15.30 WIB).
Dugaan sementara menyebutkan bahwa di sekitar lokasi terdapat bahan-bahan yang mudah terbakar.
Beberapa saksi mata menyatakan bahwa api yang awalnya kecil cepat meluas karena suhu yang sangat panas, mencapai 40 derajat Celsius, serta keberadaan material yang mudah menyulut api, yang pada akhirnya memicu ledakan besar.
Perusahaan penyulingan dan distribusi minyak nasional Iran (NIORDC) menegaskan bahwa insiden ini tidak berkaitan dengan fasilitas kilang, tangki penyimpanan, ataupun jaringan distribusi minyak milik mereka.
Di sisi lain, Menteri Dalam Negeri Iran, Iskandar Momeni, meminta pemerintah Provinsi Hormozgan segera menyerahkan laporan awal mengenai kejadian tersebut.
Wakil Presiden Pertama Iran, Mohammad Aref, juga telah melakukan komunikasi via telepon dengan Gubernur Hormozgan dan kepala Bulan Sabit Merah, memberikan arahan agar korban segera dibantu dan penyelidikan menyeluruh dilakukan guna mengungkap penyebab ledakan.
Sebagai langkah pencegahan, otoritas bea cukai Iran menginstruksikan seluruh staf untuk menghentikan sementara proses ekspor dan impor melalui Pelabuhan Shahid Rajaee sampai ada informasi lebih lanjut.
Pelabuhan penting ini terletak di selatan Provinsi Hormozgan, sekitar 15 kilometer tenggara dari Pelabuhan Bandar Abbas yang berada di tepi utara Selat Hormuz.
Hingga kini belum ada informasi resmi terkait korban jiwa, namun laporan media lokal menyebut bahwa ledakan tersebut sangat hebat dan berpotensi menimbulkan kerusakan besar.
Beberapa pihak bahkan menyamakannya dengan tragedi ledakan besar yang terjadi di Pelabuhan Beirut, Lebanon, pada Agustus 2020 yang menewaskan lebih dari 200 orang.