Pintasan.co, Jakarta – Presiden Rusia Vladimir Putin mengumumkan diberlakukannya gencatan senjata selama tiga hari dalam konflik RusiaUkraina, dimulai pada 8 hingga 11 Mei 2025.

Keputusan ini diambil bertepatan dengan peringatan Hari Kemenangan Rusia atas Nazi Jerman dalam Perang Dunia II.

Pemerintah Rusia melalui pernyataan resmi Kremlin menyebut bahwa gencatan senjata ini dilakukan atas dasar “pertimbangan kemanusiaan” dan mengajak pihak Ukraina untuk ikut serta dalam jeda pertempuran ini.

“Jika terjadi pelanggaran gencatan senjata oleh pihak Ukraina, Angkatan Bersenjata Federasi Rusia akan memberikan tanggapan memadai dan efektif,” demikian pernyataan Kremlin yang dikutip dari BBC, Senin, 28 April 2025.

Selain mengumumkan gencatan senjata, Moskow juga menyatakan kesiapannya untuk memulai dialog damai tanpa syarat guna mencari solusi atas konflik yang berkepanjangan.

Respons Global dan Harapan Perdamaian

Gedung Putih melalui juru bicara Karoline Leavitt menyampaikan bahwa Presiden Donald Trump mendorong terciptanya gencatan senjata permanen guna mengakhiri konflik.

Meski aktif melakukan mediasi, AS mengisyaratkan akan menarik diri dari proses perdamaian jika tidak ada kemajuan nyata.

Langkah gencatan senjata terbaru ini menambah daftar lebih dari 20 inisiatif serupa sejak perang dimulai pada Februari 2022, namun sebagian besar gagal bertahan lama.

Upaya terakhir saat Paskah hanya membawa sedikit pengurangan intensitas pertempuran, dengan kedua pihak masih saling menuduh melakukan pelanggaran.

Saat ini, Rusia menguasai sekitar 20 persen wilayah Ukraina, termasuk Krimea yang dicaplok pada 2014.

Tantangan dan Situasi Saat Ini

Pengumuman ini datang di tengah fase yang dinilai oleh Amerika Serikat sebagai momen penting bagi diplomasi perdamaian.

Sejumlah pengamat menilai keputusan Putin sebagai sinyal bahwa Rusia ingin menunjukkan kesediaannya untuk merundingkan penyelesaian konflik, sekaligus merespons tekanan internasional yang semakin besar.

Baca Juga :  Tentara Korut Diburu Rusia Setelah Tewaskan 5 Prajurit Moskow

Di sisi lain, Menteri Luar Negeri Ukraina, Andriy Sybiha, menyatakan negaranya terbuka terhadap gencatan senjata yang benar-benar berkelanjutan dan berlangsung minimal 30 hari.

Hingga saat ini, konflik masih terus berlangsung, dengan korban jiwa dari kedua belah pihak diperkirakan telah mencapai ratusan ribu sejak perang meletus pada 2022.