Pintasan.co, Pasuruan – Viralnya Gempol, karena aksi 5 wisatawan perempuan sedang berfoto di depan arca Dewi Laksmi Petirtaan Belahan, Desa Wonosunyo, Kecamatan Gempol, Kabupaten Pasuruan saat ada dua orang sedang melakukan ritual viral.
Koordinator Juru Pelihara (Jupel) Cagar Budaya Wilayah Pasuruan, Astono ketika dikonfirmasi membenarkan kejadian dalam video yang viral itu. Menurutnya kejadian itu terjadi Rabu (14/5/2025) sekitar pukul 14.00 WIB.
Astono mengatakan, di Petirtaan Belahan, Desa Wonosunyo, Kecamatan Gempol merupakan tempat terbuka untuk umum. Tak hanya untuk para peritual tetapi juga wisatawan.
“Perlu diketahui, Pertirtaan Belahan merupakan cagar budaya yang menjadi daya tarik wisatawan. Itu tempat bersejarah yang terbuka untuk umum. Kadang ada yang datang ritual, umumnya malam hari, tapi kadang juga siang hari. Tapi pengunjung paling banyak wisatawan umum,” kata Astono, Sabtu (17/5/2025).
Adanya kejadian sejumlah perempuan berfoto saat ada dua orang ritual yang kemudian viral, Astono menyebut adanya salah paham. Pihaknya angkat bicara bhawa sejumlah perempuan berfoto sebelum ada orang yang melakukan ritual.
“Kemarin itu ada dua orang mandi di kolam. Setelah mandi, mereka meninggalkan area. Tidak lama kemudian datang ibu-ibu masuk area. Mereka berfoto-foto di depan arca,” jelas Astono.
Pada saat 5 perempuan asyik berfoto, dua orang yang sebelumnya mandi di kolam datang lagi. Mereka ternyata berganti mengenakan pakaian ritual dan melakukan ritual dengan membakar dupa.
“Dua orang ini masuk lagi ke area dan melakukan ritual saat ibu-ibu masih berfoto-foto. Nah saat itu ada yang merekam, lalu viral. Jadi sebenarnya ibu-ibu ini berfoto-foto sebelum ada orang ritual. Jupel juga tidak menyadari karena tidak tahu ada ritual dan saat itu wisatawan relatif ramai,” terangnya.
Astono juga menjelaskan, dua orang yang ritual tersebut sebelumnya tidak mengisi buku tamu dan tidak koordinasi dengan jupel. Sehingga pihak jupel, yang tidak mengetahui keperluan mereka, tidak sempat mengkondisikan wisatawan.
“Semua wisatawan, baik umum maupun yang mau ritual, seharusnya lapor dengan cara mengisi buku tamu. Kalau ada yang mau ritual biasanya koordinasi dulu, sehingga kami bisa mengkondosikan wisatawan umum agar memberikan kesempatan mereka yang ritual. Wisatawan umum biasanya mengerti dan mau menunggu. Toh ritual nggak lama,” bebernya.
Dalam kasus video yang viral itu, pihaknya meminta semua mengambil pelajaran.
“Kami tidak menyalahkan ibu-ibu karena datang duluan. Kami juga berharap yang mau ritual koordinasi dulu, biar kami membantu mengkondisikan,” ungkapnya.