Pintasan.co, Jakarta – Kantor PBB untuk Koordinasi Urusan Kemanusiaan (OCHA) melaporkan pada Kamis (26 Juni 2025) bahwa mitra-mitra kemanusiaan mereka di Gaza mencatat lonjakan kasus penyakit yang seharusnya bisa dicegah, akibat kelangkaan air bersih, sanitasi, dan bahan bakar.
Dalam dua pekan terakhir, tercatat lebih dari 19.000 kasus diare akut berair, lebih dari 200 kasus sindrom penyakit kuning akut, serta diare berdarah.
OCHA menegaskan bahwa penyebaran penyakit ini berkaitan langsung dengan krisis sanitasi di wilayah tersebut, serta mendesak pasokan bahan bakar, obat-obatan, air bersih, dan perlengkapan kebersihan untuk mencegah kehancuran total sistem layanan kesehatan publik di Gaza.
Kondisi medis makin memburuk setelah serangan udara di Deir al-Balah menyebabkan Rumah Sakit Al Aqsa menerima lebih dari 20 jenazah dan 70 orang terluka.
Banyak pasien harus dipindahkan ke rumah sakit lain seperti Kompleks Medis Nasser karena kapasitas terbatas.
“Warga sipil di Gaza terus berguguran atau terluka setiap hari, baik akibat serangan udara Israel, penembakan artileri, atau saat berusaha mencari makanan untuk keluarga mereka,” kata OCHA. “Tragedi ini tidak boleh dianggap sebagai hal biasa dan harus dihentikan.”
Sementara itu, Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) menyampaikan kabar baik dengan berhasil mengirimkan bantuan medis pertama ke Gaza sejak 2 Maret, menyusul blokade total oleh Israel.
Sebanyak sembilan truk membawa pasokan medis penting, termasuk 2.000 unit darah dan 1.500 unit plasma, masuk melalui perbatasan Kerem Shalom.
Bantuan tersebut kemudian didistribusikan ke rumah sakit prioritas, termasuk fasilitas penyimpanan di Khan Younis.
Namun, WHO menekankan bahwa bantuan ini hanya ibarat “setetes air di lautan” mengingat skala kebutuhan yang luar biasa besar.
OCHA juga menyoroti hambatan signifikan dalam operasi kemanusiaan. Dari 17 rencana misi bantuan pada Rabu (25 Juni), enam ditolak sepenuhnya oleh otoritas Israel.
Misi tersebut mencakup distribusi air dan perbaikan jalan. Beberapa lainnya difasilitasi, dan dua misi dibatalkan.
OCHA menyatakan bahwa pembatasan terus-menerus terhadap akses kemanusiaan sangat menghambat penyelamatan nyawa.
Kekhawatiran juga meningkat atas kekerasan yang meluas di Tepi Barat. OCHA melaporkan insiden di Desa Kafr Malik, Ramallah, di mana tiga warga Palestina tewas dan beberapa terluka akibat serangan ratusan pemukim Israel yang didukung pasukan bersenjata, serta pembakaran rumah-rumah warga.
Pada hari yang sama, sekitar 20 pemukim membakar lahan pertanian di Desa Asira al Qibliya, Nablus.
“Warga sipil terus menanggung beban utama dari pendudukan Israel yang berkepanjangan,” tegas OCHA.
PBB kembali menyerukan perlindungan bagi warga sipil dan tenaga kemanusiaan, penghormatan terhadap hukum internasional, dan pembukaan akses kemanusiaan yang aman ke seluruh wilayah Gaza dan Tepi Barat.