Pintasan.co, Pekalongan– Wali Kota Pekalongan, Achmad Afzan Arslan Djunaid, menyatakan keprihatinannya atas masih rendahnya kesadaran masyarakat dalam mengelola sampah dengan baik.
Padahal berbagai sarana telah disediakan, namun masih banyak warga yang membuang sampah sembarangan, bahkan di dekat kawasan Tempat Pengolahan Sampah Terpadu (TPST).
Pernyataan ini disampaikan Aaf sapaan akrabnya dalam pertemuan lintas sektor yang berlangsung di Aula Kecamatan Pekalongan Barat pada Selasa (8/7/2025).
Acara tersebut dihadiri oleh jajaran Forkopimcam, perangkat kelurahan, serta perwakilan dari komunitas dan instansi terkait, sebagai bentuk penguatan kolaborasi dalam penanganan isu lingkungan dan kebencanaan.
“Masalahnya bukan lagi fasilitas. Di beberapa titik, TPST sudah dekat, tetapi masyarakat masih buang sampah sembarangan. Ini soal kesadaran,” ujar Aaf, Rabu (9/7/2025).
Ia menyebutkan, saat ini sekitar 75 persen warga Kota Pekalongan telah mulai mengelola sampah secara baik. Namun, sisanya masih perlu edukasi berkelanjutan agar turut berperan aktif dalam menjaga kebersihan lingkungan.
Aaf juga menyinggung keterbatasan waktu operasional TPA Degayu yang hanya dapat digunakan hingga November 2025.
“Oleh karena itu, saya mendorong percepatan transisi menuju sistem pengelolaan sampah berbasis masyarakat melalui Kelompok Swadaya Masyarakat (KSM) dan TPS-3R di berbagai kelurahan. Kita dorong Kecamatan Pekalongan Barat dan Utara menjadi role model pengelolaan sampah komunitas. KSM di beberapa kelurahan sudah aktif dan bisa dijadikan contoh. Kalau masyarakat peduli, dampaknya akan luar biasa. Tapi kalau apatis, sebaik apapun sistem yang kita bangun, tetap tidak akan efektif,” pungkasnya.
Sementara itu, Camat Pekalongan Barat, M Natsir, menambahkan bahwa sejumlah kelurahan telah melakukan inovasi pengelolaan sampah secara mandiri. Salah satunya adalah, penggunaan tungku pembakar minim asap yang dibuat secara swadaya.
“Di Kelurahan Sapuro Kebulen, ada satu RT yang sudah mandiri. Sampah langsung dikelola, tidak ada penumpukan,” ungkap Natsir.
Kelurahan Medono juga menjalankan program ‘Sedekah Sampah’ dan ‘Zero Plastic Waste’ yang melibatkan 16 lembaga pendidikan. Anak-anak didorong mengumpulkan sampah anorganik untuk dijual, dan hasilnya dimanfaatkan bagi kegiatan sekolah serta penanganan stunting.