Pintasan.co, Makassar – Dalam beberapa pekan terakhir, sejumlah wilayah di Sulawesi Selatan mengalami penurunan suhu udara yang cukup signifikan, meskipun saat ini masih berada dalam periode musim kemarau.

Suhu yang lebih dingin terutama terasa pada malam hingga pagi hari, memunculkan rasa tak biasa bagi warga yang tinggal di dataran tinggi.

Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) menyebut bahwa kondisi tersebut merupakan bagian dari fenomena alam yang dikenal dengan istilah bediding.

Fenomena ini lazim terjadi di kawasan pegunungan dan dataran tinggi saat musim kemarau berlangsung.

“Bediding merupakan fenomena alamiah yang umum terjadi ketika musim kemarau tiba, khususnya di wilayah dengan ketinggian tertentu. Suhu udara akan terasa sangat dingin di malam hingga pagi hari, namun berubah menjadi panas terik ketika siang datang,” demikian penjelasan BMKG sebagaimana dikutip dari keterangan resminya, Jumat, 18 Juli 2025.

Wilayah-wilayah seperti Malino, Toraja, Enrekang, dan dataran tinggi lainnya di Sulsel menjadi contoh area yang paling terdampak.

Suhu malam hari di daerah-daerah tersebut bisa turun di bawah 18°C, sedangkan suhu siang hari kembali meningkat tajam disertai cuaca cerah dan terik.

Menyikapi kondisi ini, BMKG mengimbau masyarakat, terutama yang berada di daerah pegunungan untuk tetap menjaga stamina dan kesehatan tubuh agar tidak mudah terserang penyakit akibat perubahan suhu yang ekstrem.

Kelompok rentan seperti anak-anak dan lansia sangat disarankan untuk mendapat perhatian lebih dalam menghadapi udara dingin tersebut.

Fenomena bediding biasanya berlangsung sepanjang musim kemarau dan dapat terus dirasakan hingga memasuki masa peralihan ke musim penghujan.

Meski udara sejuk ini terasa menyegarkan bagi sebagian orang, kewaspadaan dan perhatian terhadap kesehatan tetap diperlukan.

Baca Juga :  Strategi Branding UMKM Padang Lawas Utara