Pintasan.co, Makassar – Dalam rangka memperingati Hari Anak Nasional (HAN) ke-41 Tahun 2025, Tim Penggerak PKK Provinsi Sulawesi Selatan menggandeng Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI) Cabang Sulsel untuk menggelar kegiatan bertema “Gerakan Membaca Buku Kesehatan Ibu dan Anak (KIA), Membangun Generasi Emas.”
Inisiatif ini menjadi bentuk nyata upaya edukasi kepada keluarga, khususnya para ibu, agar lebih memahami pentingnya Buku KIA sebagai alat utama dalam memantau tumbuh kembang anak sejak dini.
Kegiatan tersebut juga masuk dalam rangkaian peringatan HAN 2025 serta mendukung strategi pemerintah dalam menurunkan angka stunting, Angka Kematian Ibu (AKI), dan Angka Kematian Bayi (AKB) di Provinsi Sulawesi Selatan.
Sasaran utama dari program ini adalah kelompok ibu dengan anak usia bawah dua tahun (BADUTA), dengan target minimal partisipasi sebanyak 100 orang dari setiap kabupaten/kota di Sulsel.
Gerakan ini tidak hanya mendorong kesadaran akan pentingnya Buku KIA, tetapi juga sekaligus menjadi sarana penguatan minat baca dan literasi dalam keluarga.
Keterlibatan tidak hanya ditujukan pada ibu, tetapi juga ayah dan para tenaga kesehatan sebagai pihak pendamping.
Bertempat di Aula Asta Cita, Rumah Jabatan Gubernur Sulawesi Selatan, kegiatan ini juga menyuguhkan sesi edukasi praktis.
Para peserta dibekali pemahaman tentang isi Buku KIA serta dilatih mengisi data tumbuh kembang anak melalui platform digital milik Dinas Kesehatan kabupaten/kota masing-masing.
Lebih dari sekadar dokumen administrasi, Buku KIA ditegaskan sebagai instrumen penting dalam pendeteksian dini gangguan tumbuh kembang anak, dan menjadi bagian dari pendekatan kesehatan keluarga yang holistik.
Kegiatan ini mencerminkan kolaborasi lintas sektor, antara TP PKK, IDAI, Dinas Kesehatan, dan fasilitas pelayanan kesehatan untuk membangun fondasi kesehatan anak secara menyeluruh dan berkelanjutan.
Sebagai bagian dari upaya penguatan program, juga dilakukan survei daring melalui Google Form kepada 2.625 ibu dari 24 kabupaten/kota se-Sulsel.
Hasil survei menunjukkan bahwa 59,5 persen ibu jarang atau hanya membaca Buku KIA satu kali sebulan.
Dari keseluruhan responden, 71,2 persen merupakan ibu rumah tangga, 36,4 persen berpendidikan terakhir SMA, dan 39,6 persen suami mereka bekerja sebagai wiraswasta.
Sebanyak 63,3 persen responden memberikan ASI eksklusif sebagai sumber utama gizi bayi usia di bawah enam bulan.
Melalui gerakan ini, diharapkan pemanfaatan Buku KIA tidak lagi bersifat formalitas, tetapi benar-benar menjadi kebiasaan dalam keluarga untuk mencetak generasi yang sehat, cerdas, dan berkualitas.