Pintasan.co, Jakarta – Kepala Badan Penyelenggara (BP) Haji, Mochamad Irfan Yusuf atau Gus Irfan, mengaku mendapat teguran dari otoritas Arab Saudi.
Teguran itu muncul lantaran sejumlah jemaah haji Indonesia yang seharusnya tidak memenuhi syarat istithaah (kemampuan fisik) tetap diberangkatkan.
“Pihak Kementerian Saudi menegur saya. Mereka heran, ada jemaah yang setiap bulan harus cuci darah sampai 2–3 kali, tapi tetap berangkat. Mereka tanya, ‘ini bagaimana Indonesia?’,” ungkap Gus Irfan dalam kegiatan Evaluasi Kesehatan Nasional Haji di Jakarta Pusat, Sabtu (23/8/2025).
Tak hanya itu, Wakil Kepala BP Haji, Dahnil Azhar Simanjuntak, juga menemukan kasus serupa.
Ia mendapati jemaah yang menderita diabetes hingga mengalami luka serius di punggung, namun masih lolos diberangkatkan.
Melihat kondisi ini, BP Haji berencana memperketat standar operasional prosedur (SOP) dalam penetapan syarat istithaah.
Gus Irfan menyadari langkah ini bisa menimbulkan protes dari calon jemaah yang sudah bertahun-tahun menunggu antrean, tetapi batal berangkat karena alasan kesehatan.
“Kami paham risikonya. Banyak calon jemaah yang mungkin kecewa. Namun, keselamatan mereka jauh lebih utama dibanding hanya sekadar menjaga nama baik Indonesia,” tegasnya.
Sebagai upaya pencegahan, BP Haji akan mengintensifkan pemeriksaan kesehatan sejak awal.
Dengan rentang waktu 8–10 bulan sebelum keberangkatan, jemaah yang dinyatakan tidak layak masih memiliki kesempatan menjalani perawatan hingga kondisinya membaik.
Selain itu, BP Haji akan menggandeng Perhimpunan Kedokteran Haji Indonesia (Perdokhi) dalam program Manasik Kesehatan.
Calon jemaah akan didampingi secara intensif selama kurang lebih satu tahun sebelum berangkat ke Tanah Suci.
Menurut Gus Irfan, tujuan utama dari langkah ini adalah melindungi jemaah sekaligus menjaga citra Indonesia di mata dunia, termasuk di hadapan pemerintah Arab Saudi.