Pintasan.co, Jakarta – Hubungan Rusia dan China terus menunjukkan penguatan signifikan, seiring pertemuan tingkat tinggi di Moskow minggu ini. Kedua negara resmi sepakat memperdalam kerja sama khususnya dalam bidang pertahanan, termasuk pengembangan rudal dan teknologi nuklir.
Kesepakatan ini muncul di tengah langkah Amerika Serikat yang mulai mendorong strategi pertahanan baru di era Trump. Washington sebelumnya berupaya mengajak Beijing berdialog mengenai senjata nuklir, namun China disebut telah berulang kali menolak ajakan pemerintah AS tersebut.
Sementara itu, Presiden AS Donald Trump telah menyatakan keinginannya untuk mengupayakan denuklirisasi dengan Rusia dan China. Namun dinamika global menunjukan arah yang berbeda. Rusia menegaskan bahwa perjanjian terakhir yang membatasi jumlah hulu ledak nuklir strategis antara Moskow dan Washington akan berakhir pada Februari mendatang. Hingga kini, Trump belum memberikan tanggapan resmi atas usulan Rusia untuk memperpanjang batas waktu satu tahun sebagai ruang negosiasi lanjutan.
Situasi semakin panas setelah muncul wacana dari Washington mengenai pembangunan sistem pertahanan rudal baru bertajuk Golden Dome, sebuah proyek yang disebut ambisi terbesar AS dalam memperkuat perisai militernya. Bahkan Trump telah mengutarakan niatnya untuk melanjutkan uji coba senjata nuklir setelah jeda lebih dari 30 tahun.
Dengan tiga kekuatan nuklir terbesar dunia berada pada arah kebijakan berbeda—Rusia dan China mempererat koalisi, sementara AS melangkah dengan strategi barunya
