Pintasan.co, Jakarta – Thailand Selatan dilanda hujan ekstrem yang memicu banjir setinggi hingga dua meter, menewaskan sedikitnya 33 orang dan melumpuhkan sejumlah wilayah.

Kota Hat Yai, Provinsi Songkhla, menjadi wilayah terdampak terparah dengan curah hujan terberat dalam 300 tahun terakhir, menurut data Departemen Irigasi Kerajaan. Banyak warga kehilangan akses ke bantuan, sehingga upaya evakuasi menjadi sangat sulit.

Juru bicara pemerintah Thailand, Siripong Angkasakulkiat, menyampaikan bahwa korban tewas tersebar di tujuh provinsi, dengan penyebab antara lain banjir bandang, tersengat listrik, dan tenggelam.

Sekitar 150.000 warga Hat Yai terjebak banjir tanpa akses keluar maupun bantuan.

Seree Supratid, Direktur Pusat Perubahan Iklim dan Bencana Universitas Rangsit, menekankan perlunya evakuasi segera bagi ribuan warga terdampak.

Pemerintah Thailand menetapkan Songkhla sebagai zona bencana untuk mempercepat penyaluran dana darurat, sementara hujan deras masih mengguyur sebagian besar wilayah selatan.

Hujan lebat telah memengaruhi sembilan provinsi di Thailand selatan, berdampak pada sekitar 2,1 juta orang.

Sebanyak 13.000 warga telah mengungsi ke pusat penampungan, sementara banyak lainnya tetap terisolasi.

Laporan darurat terus berdatangan, dengan warga memohon evakuasi dan bantuan makanan.

Beberapa unggahan media sosial menggambarkan warga terjebak tanpa makanan, air, atau sinyal telepon.

Militer Thailand telah menurunkan bantuan tambahan, termasuk pesawat kargo C-130 berisi makanan, obat-obatan, dan air, 14 perahu karet, serta kapal induk Chakri Naruebet yang membawa helikopter, dokter, dan dapur untuk menyediakan 3.000 porsi makanan per hari. Kapal induk tersebut juga dapat berfungsi sebagai rumah sakit terapung.

Kerusakan di sektor industri juga signifikan. Menteri Perindustrian Thanakorn Wangboonkongchana menyebut ratusan pabrik terendam banjir, dan setidaknya 17 pembangkit listrik berhenti beroperasi, mengganggu salah satu wilayah produsen karet terbesar di dunia.

Baca Juga :  Thailand Gelar Pernikahan 1.700 Pasangan Sesama Jenis