Pintasan.co, Aceh – Aceh kembali diterjang bencana besar. Banjir dan longsor yang melanda 18 kabupaten/kota memutus akses jalan nasional, merendam ribuan rumah, memutus jaringan komunikasi, dan membuat ratusan desa terisolasi. Di tengah situasi yang kian kritis, Gubernur Aceh Muzakir Manaf atau Mualem tak kuasa menahan tangis.
Gubernur menyebut bencana kali ini sebagai “Tsunami Kedua Aceh”, sebuah ungkapan yang menggambarkan betapa beratnya pukulan yang harus ditanggung masyarakat.
“Air mata saya adalah representasi dari luka tak terlihat rakyat saya,” ujar Mualem, menggambarkan kerugian dari dapur warga hingga sawah petani yang baru dipupuk serta seragam sekolah anak-anak.
Ia menegaskan bahwa Aceh “sedang dalam keadaan tidak baik-baik saja.”
PLN Serahkan Bantuan Sembako untuk Warga Terdampak
Di tengah kepungan banjir, PLN menjadi salah satu lembaga yang bergerak cepat memberikan dukungan. Gubernur Aceh menerima bantuan paket sembako dari PT PLN (Persero) untuk masyarakat terdampak. Penyerahan dilakukan di Kantor PLN UP2D Aceh, Merduati, Banda Aceh, Sabtu (29/11/2025) dini hari.
Bantuan ini akan segera dikirimkan ke wilayah yang masih terendam dan terisolasi.
“Daerah-daerah yang terdampak banjir seperti Pidie, Pidie Jaya, dan Bireuen sudah kita antar bantuan semalam. Yang ini kita fokuskan ke Aceh Utara, Lhokseumawe, dan Aceh Timur,” kata Mualem.
Wilayah Terisolasi, Komunikasi Terputus, Jalan Nasional Lumpuh
Usai penyerahan bantuan, Mualem langsung mengecek kesiapan PLN dalam pemulihan suplai listrik yang terputus karena banjir dan longsor. Kondisi di lapangan dilaporkan sangat serius. Sejumlah wilayah tidak bisa diakses akibat komunikasi padam dan jalur nasional terputus.
“Kami akan gunakan kapal untuk mengantar logistik… banyak korban termasuk desa-desa di Aceh Utara yang hilang dan belum diketahui statusnya,” ujar Gubernur.
Beberapa laporan bahkan menyebutkan ada kampung yang “tenggelam” dan belum tersentuh bantuan sejak banjir melanda.
12 Tower Listrik Roboh, Pemulihan Dikebut Lewat Jalur Udara dan Darat
General Manager PLN UID Aceh, Eddi Saputra, mengungkapkan sedikitnya 12 tower transmisi roboh akibat banjir bandang dan longsor. PLN mengerahkan pesawat Hercules, helikopter dari Halim, tim teknis dari berbagai provinsi, dan tower emergency untuk mempercepat pemulihan.
“Besok, insyaallah, bersama Pak Gubernur dan Direktur Utama, kami akan mencoba masuk ke Juli yang masih terisolasi. Empat helikopter dari Halim diperkirakan tiba di Bandara SIM pukul 15.00–16.00 WIB,” kata Eddi.
Ia meminta dukungan pemerintah daerah untuk membuka akses jalan menuju titik kerusakan berat, khususnya di Aceh Tengah, karena mobilisasi material sangat terhambat.
“Tidak Boleh Ada Jeda Kemanusiaan”
Pada hari yang sama, Gubernur memimpin Apel Tim Recovery Bencana di Lanud Sultan Iskandar Muda. Apel melibatkan PLN, TNI, Polri, Basarnas, dan unsur pemerintah daerah. Mualem menegaskan bahwa respons bencana harus berjalan tanpa henti.
“Pastikan seluruh personel memahami tugas masing-masing. Buka akses, buka jalan, dan percepat pengantaran logistik,” tegasnya.
“Aceh seakan mengalami tsunami kedua… Tidak boleh ada jeda kemanusiaan di lapangan.”
PLN Kerahkan Kekuatan Nasional
Direktur Utama PLN, Darmawan Prasodjo, memimpin langsung koordinasi pemulihan kelistrikan. Ia mengatakan pihaknya prihatin atas skala kerusakan yang terlihat di lapangan.
“Tower-tower roboh, jaringan padam total… Tapi rakyat Aceh tidak pernah menyerah. Itu membuat kami semakin yakin bahwa pemulihan ini harus dilakukan secara total,” ujarnya.
PLN mengerahkan kekuatan nasional:
- TNI AU dengan dua pesawat Hercules
- TNI AD dan Polri untuk pembukaan akses jalan
- Basarnas dan pemerintah daerah untuk distribusi logistik
“Demi Aceh, kami bekerja kompak,” tambah Darmawan.
PLN juga mengirimkan 220 genset, memastikan pasokan BBM, dan menyiapkan bantuan sosial melalui zakat pegawai serta program CSR.
Operasi Kemanusiaan 24 Jam
Dengan akses darat banyak yang terputus, helikopter, kapal, dan jalur darat yang tersisa menjadi harapan utama pengiriman bantuan. Pemerintah Aceh bersama PLN, TNI, dan Polri menegaskan operasi kemanusiaan akan terus berlangsung 24 jam tanpa henti demi menjangkau seluruh warga yang masih bertahan di lokasi pengungsian maupun yang mengungsi ke tepi jalan nasional.
Aceh kini mengandalkan kerja kolektif seluruh pihak untuk bangkit dari bencana besar yang disebut sebagai “tsunami kedua.”
