Pintasan.co, Jakarta Sekretaris Kabinet Teddy Indra Wijaya menyampaikan bahwa Satuan Tugas Penertiban Kawasan Hutan (Satgas PKH) tengah menelusuri penyebab bencana banjir dan longsor yang melanda sejumlah wilayah di Sumatera.

Ia menegaskan bahwa satgas akan mengusut secara serius dugaan kerusakan lingkungan yang memperburuk dampak bencana.

“Selain faktor cuaca ekstrem, ada dugaan kerusakan lingkungan yang memperparah situasi. Ini sedang ditelusuri secara mendalam,” ujar Teddy di Lanud Halim Perdanakusuma, Jakarta, Rabu, 3 Desember 2025.

Teddy menambahkan bahwa pemerintah juga terus melakukan evaluasi dan investigasi atas penyebab bencana, sambil tetap memprioritaskan evakuasi dan penanganan warga terdampak.

Pada kesempatan yang sama, Menteri Koordinator Bidang Pembangunan Manusia Pratikno menjelaskan bahwa Satgas PKH telah turun ke lapangan untuk menyelidiki temuan kayu gelondongan yang terbawa arus banjir di wilayah Sumatera.

Pernyataan keduanya sejalan dengan penjelasan Kapolri Jenderal Listyo Sigit Prabowo, yang mengungkapkan bahwa Polri bersama Kementerian Kehutanan akan membentuk tim gabungan untuk menyelidiki keberadaan kayu gelondongan tersebut.

Pembahasan teknis rencananya dilakukan pada Kamis, 4 Desember 2025. Listyo menegaskan bahwa proses hukum akan ditempuh apabila ditemukan pelanggaran.

Banjir dan longsor yang melanda Aceh, Sumatera Utara, dan Sumatera Barat sejak pekan lalu telah menimbulkan korban jiwa dalam jumlah besar.

BNPB mencatat hingga Rabu, 3 Desember 2025, sebanyak 743 orang meninggal dunia, 630 orang hilang, dan 2.600 lainnya terluka. Total masyarakat terdampak mencapai 3,3 juta jiwa dari 50 kabupaten/kota.

Di media sosial, beredar luas video dan foto yang memperlihatkan gelondongan kayu tersapu arus banjir, terutama sejak akhir November 2025.

Rekaman tersebut menunjukkan batang-batang kayu terbawa air bah dari kawasan hulu dan berserakan di berbagai titik di Sumatera Barat.

Baca Juga :  Kabar Gembira, Bus Trans Jateng Segera Hadir di Batang Dukung Sektor Wisata dan Mobilitas Pekerja

Wahana Lingkungan Hidup Indonesia (Walhi) Sumatera Utara menilai setidaknya ada tujuh perusahaan yang diduga menyebabkan kerusakan ekologis di Ekosistem Batang Toru dan sekitarnya.

Menurut Walhi, deforestasi besar-besaran menjadi pemicu utama parahnya banjir dan longsor, selain faktor cuaca. Mereka menegaskan bahwa kerusakan tutupan hutan berperan besar terhadap bencana tersebut.

Sementara itu, PT Toba Pulp Lestari Tbk. membantah tudingan tersebut. Corporate Secretary perusahaan, Anwar Lawden, menyatakan bahwa tuduhan yang diarahkan kepada perusahaan tidak memiliki dasar yang dapat diverifikasi.

Ia menegaskan perusahaan tetap terbuka untuk berdialog dan menyampaikan data yang objektif.