Pintasan.co, Aceh Tengah – Di tengah lumpuhnya akses dan tersendatnya distribusi bantuan pascabencana, warga Kemukiman Wih, Dusun Jamat, Kecamatan Linge, Kabupaten Aceh Tengah memilih mengambil langkah ekstrem. Mereka bergotong royong menggali dan meratakan tanah di kawasan hutan untuk membangun helipad darurat, agar helikopter pembawa logistik dapat mendarat.
Langkah itu diambil lantaran warga merasa telah terlalu lama menunggu bantuan pemerintah sejak banjir dan longsor melanda wilayah mereka. Akses menuju desa terputus total dan warga terisolasi lebih dari sepekan tanpa pasokan bahan pokok.
“Kami berharap dengan adanya pembuatan helipad ini, ada harapan kami untuk hidup. Karena kami sudah lebih seminggu tidak mendapatkan bantuan sebutir beras pun,” kata salah satu warga, Badri Linge, Selasa (2/12/2025).
Menurut Badri, kondisi warga kini berada pada fase darurat. Selain kebutuhan pangan, masyarakat juga sangat membutuhkan obat-obatan. Ia menegaskan bahwa harapan untuk bertahan hidup semakin menipis.
“Saat ini kami hanya memiliki dua harapan untuk hidup. Pertama, pertolongan Tuhan Yang Maha Esa. Kedua, bantuan dari Bapak Prabowo,” ujarnya.
Badri mengungkapkan jumlah warga terdampak mencapai ratusan orang, termasuk balita, ibu hamil, dan lansia.
“Kami merasa saat ini kematian sudah di depan mata,” ucapnya tegas.
97 Desa Terisolasi
Bupati Aceh Tengah Haili Yoga menyebut Kecamatan Linge merupakan salah satu wilayah paling parah terdampak bencana di kabupaten tersebut. Total tercatat 97 desa masih terisolasi akibat banjir bandang dan longsor yang menerjang sebagian besar wilayah Aceh Tengah.
Hingga saat ini, jumlah korban meninggal dunia mencapai 22 orang, sementara 23 orang lainnya masih dinyatakan hilang.
Situasi darurat ini menjadikan helipad buatan warga sebagai satu-satunya peluang agar bantuan dapat segera menjangkau desa-desa terisolasi. Warga berharap helikopter logistik dapat segera mendarat untuk menyelamatkan ratusan jiwa yang kini bertahan dengan kondisi minim pangan dan layanan kesehatan.
