Pintasan.co, Jakarta – Kepala Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) Letnan Jenderal Suharyanto menyampaikan permohonan maaf atas pernyataannya yang sebelumnya menyebut situasi banjir dan longsor hanya tampak mencekam di media sosial.
Permintaan maaf tersebut disampaikan setelah ia meninjau langsung lokasi bencana di Tapanuli Selatan melalui pemantauan udara menggunakan helikopter.
Suharyanto mengaku terkejut melihat kondisi sebenarnya di lapangan yang jauh lebih parah dari perkiraannya.
Ia pun menyampaikan permohonan maaf kepada pemerintah daerah dan masyarakat.
Menurutnya, pernyataan sebelumnya bukan berarti pemerintah bersikap abai terhadap bencana yang terjadi.
Pemerintah, kata dia, terus mengerahkan berbagai upaya penanganan, termasuk pemenuhan kebutuhan logistik bagi para korban.
Sebelumnya, BNPB juga menjelaskan alasan bencana banjir dan longsor di Aceh, Sumatra Utara, dan Sumatra Barat belum ditetapkan sebagai bencana nasional.
Suharyanto menilai gambaran kondisi yang beredar di media sosial memang terlihat dramatis, namun situasi terkini di lapangan dinilai berbeda.
Ia menambahkan, hingga saat ini bencana yang pernah berstatus nasional hanya pandemi Covid-19 dan Tsunami Aceh 2004.
Penetapan status tersebut didasarkan pada perbandingan skala korban serta tingkat kesulitan akses ke wilayah terdampak.
Menurutnya, meski di hari-hari awal situasi terlihat berat dan akses sempat terhambat, kondisi saat ini sudah lebih terkendali.
Media dan tim di lapangan pun kini dapat menjangkau lokasi bencana dengan lebih mudah, serta cuaca sudah mulai membaik.
