Pintasan.co, Jakarta – Amerika Serikat berharap Thailand dan Kamboja dapat kembali mematuhi kesepakatan gencatan senjata paling lambat pada awal pekan depan, menyusul kembali pecahnya bentrokan bersenjata di wilayah perbatasan kedua negara.
Menteri Luar Negeri AS, Marco Rubio, menyampaikan bahwa Washington terus mendorong kedua pihak agar menghormati komitmen gencatan senjata yang sebelumnya telah disepakati secara tertulis.
Ia menyatakan optimisme bahwa kepatuhan terhadap kesepakatan tersebut dapat terwujud pada Senin atau Selasa, 22–23 Desember 2025.
Pernyataan itu disampaikan Rubio di tengah meningkatnya perhatian internasional terhadap eskalasi konflik Thailand–Kamboja.
Untuk merespons situasi tersebut, para menteri luar negeri negara anggota ASEAN dijadwalkan menggelar pertemuan di Kuala Lumpur, Malaysia, guna membahas langkah penyelesaian krisis.
Rubio mengungkapkan, dirinya telah melakukan komunikasi melalui sambungan telepon dengan Menteri Luar Negeri Thailand, Sihasak Phuangketkeow.
Menurutnya, kedua negara sebenarnya telah menandatangani komitmen gencatan senjata, namun implementasinya belum berjalan sepenuhnya.
Ia menjelaskan, pelanggaran kesepakatan terjadi karena masing-masing pihak masih saling mengajukan keluhan.
Oleh sebab itu, Amerika Serikat berupaya membawa Thailand dan Kamboja kembali ke meja perundingan melalui komunikasi intensif yang akan terus dilakukan dalam beberapa hari ke depan.
Sebelumnya, Presiden AS Donald Trump sempat mengklaim keberhasilan diplomasi negaranya dalam mendorong tercapainya gencatan senjata antara Thailand dan Kamboja pada awal tahun ini.
Konflik kedua negara sendiri berakar pada sengketa wilayah perbatasan sepanjang sekitar 800 kilometer yang berasal dari penetapan batas pada masa kolonial, termasuk kawasan candi-candi kuno di sepanjang garis perbatasan.
Bentrok bersenjata kembali terjadi bulan ini dan menimbulkan korban jiwa di kedua negara. Otoritas setempat melaporkan sedikitnya 21 orang meninggal di Thailand, sementara korban tewas di Kamboja dilaporkan mencapai sedikitnya 18 orang.
