Pintasan.co, Jakarta – Ketua Umum Kamar Dagang dan Industri (Kadin) Indonesia, Anindya Novyan Bakrie, turut hadir dalam pertemuan Turkiye-Indonesia CEO Roundtable Meeting yang berlangsung di Ankara, Turki, pada Kamis, 10 April 2025.

Forum tersebut merupakan kelanjutan dari dialog yang telah terjalin sebelumnya antara Kadin Indonesia dan Dewan Hubungan Ekonomi Luar Negeri Turki (DEIK) pada Februari lalu.

Pertemuan ini menjadi ajang penting untuk mempererat kerja sama ekonomi bilateral, khususnya di enam sektor utama: teknologi pertahanan, konstruksi dan infrastruktur, energi terbarukan, industri kesehatan dan farmasi, manufaktur otomotif dan kendaraan listrik, serta pengembangan SDM melalui pelatihan vokasi dan mobilitas tenaga kerja.

Anindya, yang akrab disapa Anin, menjelaskan bahwa kehadiran Kadin Indonesia dalam kunjungan ini sejalan dengan lawatan Menteri Pertahanan RI Prabowo Subianto ke Turki.

Kunjungan tersebut juga menjadi respons atas kedatangan Presiden Turki, Recep Tayyip Erdoğan, ke Indonesia dua bulan sebelumnya.

“Pak Prabowo adalah tokoh yang sangat paham betul pentingnya relasi strategis antara Indonesia dan Turki. Kunjungan kali ini menjadi bukti komitmen untuk memperkuat hubungan tersebut,” ujar Anin.

Dalam forum CEO roundtable, pembahasan utama mencakup peluang kerja sama di bidang energi, konstruksi, pertahanan, kesehatan, hingga teknologi finansial (fintech).

Anin optimis, diskusi yang produktif ini dapat mendorong lonjakan nilai perdagangan bilateral dari USD 2 miliar menjadi USD 10 miliar dalam waktu dekat.

Hasil nyata dari pertemuan ini adalah penandatanganan 13 nota kesepahaman (MoU) antara pelaku usaha dan institusi dari kedua negara di bidang energi, pertanian, perdagangan, pertahanan, komunikasi, dan pendidikan.

Salah satu proyek kerja sama yang mendapat sorotan adalah kolaborasi dalam pemanfaatan energi panas bumi antara Pertamina Geothermal Energy dan mitra Turki.

Baca Juga :  SK Pembebasan Retribusi dari Bupati Luwu Timur Siap Percepat Pemulihan Ekonomi Daerah

Menurut Anin, Indonesia memiliki potensi cadangan geotermal terbesar di dunia, sementara Turki dinilai memiliki pengalaman teknis yang kuat dalam pengelolaannya.

“Ini adalah kolaborasi yang saling menguntungkan. Turki punya teknologi, kita punya sumber daya. Ini jadi peluang besar untuk pengembangan energi terbarukan,” jelasnya.

Anin juga menekankan pentingnya memperluas peluang ekspor dan investasi lintas sektor.

Salah satunya, ekspor produk minyak kayu yang dinilai potensial untuk dikembangkan bersama investor asal Turki.

“Jika kita bisa memperkuat struktur industri pengolahan kayu dan menarik minat investor Turki untuk masuk ke sektor ini, maka nilai tambah untuk Indonesia akan sangat besar,” tuturnya.

Selain itu, sektor kesehatan juga menjadi perhatian. Dengan populasi mencapai 285 juta jiwa, Indonesia memiliki kebutuhan besar akan layanan dan teknologi kesehatan modern.

“Turki punya teknologi medis yang bisa kita manfaatkan. Ini peluang bagi kerja sama perdagangan dan juga peningkatan layanan kesehatan dalam negeri,” tambahnya.

Di tengah tantangan global seperti perang tarif, Anin menekankan pentingnya mencari pasar alternatif.

Diversifikasi pasar dinilai krusial untuk memperkuat ketahanan ekonomi nasional.

“Ketika pasar dunia dipenuhi ketidakpastian, Indonesia perlu membuka jalan baru agar perdagangan dan investasi tetap tumbuh,” kata Anin.

Ia juga menegaskan bahwa Kadin berkomitmen untuk menjadi mitra strategis pemerintah dalam mendorong dunia usaha agar bergerak sejalan dengan kebijakan nasional.

“Kadin hadir untuk memastikan semua pihak, dari asosiasi hingga pelaku usaha daerah, bisa mendapat manfaat nyata dari kerja sama internasional ini. Yang sudah berjalan baik akan kita lanjutkan, yang belum akan kita mulai,” pungkas Anin.