Pintasan.co, Jakarta – Indonesia mengalami kerugian besar akibat ketergantungan pada impor bahan bakar minyak (BBM), dengan total kerugian diperkirakan mencapai Rp 500 triliun setiap tahunnya.

Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM), Bahlil Lahadalia, mengungkapkan bahwa negara harus mengeluarkan dana sebesar itu untuk memenuhi kebutuhan impor minyak karena rendahnya produksi domestik.

Menurut Bahlil, produksi minyak Indonesia saat ini hanya mencapai sekitar 590 hingga 600 ribu barel per hari, sementara konsumsi nasional mencapai 1,6 juta barel per hari.

Akibatnya, Indonesia terpaksa mengimpor sekitar 1 juta barel per hari.

“Dengan mengalokasikan sekitar Rp 500 triliun per tahun untuk impor minyak, ini juga berkontribusi pada penurunan nilai tukar rupiah terhadap dolar,” jelas Bahlil dalam sambutannya pada acara HUT ke-65 MKGR di Hotel Shangri-La, yang dilaporkan oleh detikFinance pada Senin (20/1/2025).

Presiden Prabowo Subianto menargetkan Indonesia dapat meningkatkan lifting minyak menjadi 1 juta barel per hari pada tahun 2028-2029, dengan harapan Indonesia tidak perlu lagi mengimpor minyak pada 2029.

“Dengan arahan Presiden, kami menargetkan lifting minyak mencapai 1 juta barel per hari pada 2028-2029, sehingga pada 2029 kita tidak lagi mengimpor minyak,” kata Bahlil.

Untuk tahun 2025, APBN menargetkan lifting minyak bumi sebesar 605 ribu barel per hari, dan lifting gas bumi sebesar 1.005 ribu barel setara minyak per hari.

Bahlil optimis target tersebut dapat tercapai, mengingat 301 lapangan migas telah selesai dieksplorasi, dan sekitar 50-60 lapangan telah mendapatkan persetujuan Plan of Development Pertama (POD-1).

“Saya yakin target 2025 akan terlampaui,” ujar Bahlil pada November 2024.

Baca Juga :  Prabowo Subianto Bentuk Satgas Hilirisasi, Bahlil Lahadalia Ditunjuk Jadi Ketua