Pintasan.co, Jakarta – Menjelang penutupan tahun 2025, dinamika ekonomi global masih dibayangi ketidakpastian. Kebijakan tarif resiprokal Amerika Serikat dan melemahnya permintaan dunia menjadi tekanan utama yang terus memengaruhi arus perdagangan internasional. Namun di tengah tantangan eksternal tersebut, perekonomian Indonesia menunjukkan ketahanan yang relatif kuat—mendorong optimisme para pelaku industri dan pembuat kebijakan terhadap prospek pertumbuhan tahun depan.

Chief Economist Bank Mandiri, Andry Asmoro, dalam Macro Economic Outlook 4Q2025 pada Senin (3/12), mengungkapkan bahwa sejumlah indikator awal mengarah pada perbaikan berkelanjutan. Purchasing Manufacturing Index (PMI) tercatat naik ke level 53,3, sementara indeks keyakinan konsumen menyentuh titik tertinggi dalam lima bulan terakhir.

“Perbaikan ini menandakan pulihnya persepsi masyarakat terhadap prospek ekonomi, sekaligus membuka ruang akselerasi pada 2026,” ujar Andry.

Menurut Tim Ekonom Bank Mandiri, daya tahan ekonomi nasional tidak terlepas dari efektivitas sinergi kebijakan pemerintah dan otoritas moneter. Kebijakan moneter dan fiskal yang ekspansif, disertai stimulus ekonomi, dinilai menopang pemulihan konsumsi. Pertumbuhan ekonomi pada Triwulan III 2025 yang mencapai 5,04 persen, serta inflasi terjaga di 2,7 persen, menjadi bukti bahwa fundamental ekonomi Indonesia masih kokoh.

“Sinergi kebijakan fiskal dan moneter yang akomodatif menjadi jangkar kestabilan, sekaligus menyiapkan fondasi peningkatan aktivitas ekonomi tahun depan,” jelasnya.

Meski tekanan global menyebabkan outflow portofolio dan depresiasi nilai tukar, koordinasi kebijakan pemerintah dan Bank Indonesia dinilai efektif meredam gejolak di pasar keuangan. Kenaikan belanja pemerintah, stabilnya pasar obligasi, serta Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) yang berhasil menembus all-time high menunjukkan kepercayaan investor domestik tetap terjaga kuat.

Dengan mempertimbangkan perkembangan tersebut, Bank Mandiri memperkirakan ekonomi Indonesia berpeluang tumbuh hingga 5,2 persen pada 2026. Motor utama pertumbuhan diproyeksikan berasal dari konsumsi rumah tangga, pemulihan investasi, dan kebijakan fiskal yang lebih ekspansif. Program-program strategis pemerintah diyakini bakal memberikan multiplier effect ke berbagai sektor, terutama manufaktur, industri pengolahan, dan sektor padat karya.

Baca Juga :  Ekonomi Nasional Terancam, Menko Polkam Imbau Kebijakan Upah Minimum Realistis

Sektor perbankan turut berada dalam posisi positif untuk menyokong pertumbuhan. Penyaluran kredit Bank Mandiri hingga kuartal III 2025 tercatat meningkat 11 persen secara year on year (YoY), lebih tinggi dibanding rata-rata industri. Pertumbuhan ini ditopang pembiayaan produktif dan likuiditas yang semakin membaik, sementara dominasi dana murah atau CASA terus memperkuat efisiensi biaya dana.

Andry menegaskan bahwa prospek pemulihan ekonomi akan tetap terjaga selama koordinasi kebijakan berlangsung efektif. Dalam pandangannya, kolaborasi erat antara pemerintah, regulator, dan pelaku industri menjadi faktor penentu dalam menjaga stabilitas, meningkatkan produktivitas nasional, serta membuka ruang akselerasi pertumbuhan pada tahun mendatang.