Pintasan.co, Jakarta – Kepala Badan Gizi Nasional (BGN), Dadan Hindayana, menyatakan bahwa pelaksanaan Program Makan Bergizi Gratis (MBG) kini menggunakan sistem pengawasan ketat dengan prinsip zero defect atau tanpa cacat.
Pendekatan ini diambil dari pengalaman penerapan standar kesehatan yang ketat saat pandemi COVID-19.
Menurut Dadan, langkah tersebut bertujuan memastikan setiap hidangan yang dikonsumsi anak sekolah benar-benar aman, bergizi, dan terbebas dari risiko gangguan kesehatan.
“Kami tengah melengkapi seluruh Satuan Pelayanan Pemenuhan Gizi (SPPG) dengan alat rapid test untuk memeriksa bahan baku makanan. Berdasarkan pengalaman Jepang yang sudah menjalankan program makan bergizi selama 100 tahun, 90 persen gangguan pencernaan berasal dari bahan baku yang tidak memenuhi standar,” ujar Dadan dikutip dari Antara, Selasa (21/10/2025).
BGN juga telah menetapkan aturan baru bagi setiap penyelenggara SPPG.
Kini, satu unit SPPG ditargetkan mampu melayani 2.000 hingga 2.500 anak, dan bisa diperluas hingga 3.000 penerima manfaat apabila memiliki juru masak bersertifikat.
Selain menyiapkan tenaga profesional, BGN juga akan menambah fasilitas alat sterilisasi wadah makanan (food tray) berteknologi tinggi.
Perangkat ini dapat mengeringkan wadah makanan hanya dalam tiga menit pada suhu 120 derajat Celsius, sehingga kebersihan dan keamanan makanan lebih terjamin.
Dadan menegaskan, kualitas air yang digunakan dalam proses memasak juga menjadi perhatian utama.
Semua air yang digunakan wajib bersertifikat layak konsumsi, baik dari air galon maupun isi ulang yang telah diuji keamanannya.
“Masalah kualitas air di Indonesia masih belum merata, jadi kami pastikan hal ini akan menjadi fokus utama dalam program MBG,” pungkasnya.