Pintasan.co, Jakarta – Direktur Kebijakan Teknologi Keamanan Siber dan Sandi Badan Siber dan Sandi Negara (BSSN), Soetedjo Joewono, mengingatkan bahwa perkembangan Kecerdasan Artifisial (AI) membawa tantangan baru dalam dunia siber.

Menurutnya, AI bersifat seperti pedang bermata dua: di satu sisi dapat membantu meningkatkan pertahanan digital, namun di sisi lain berpotensi memperkuat kemampuan serangan yang bisa merugikan pemerintah maupun publik.

Soetedjo menjelaskan bahwa AI dapat dimanfaatkan untuk mendeteksi ancaman lebih cepat, mengotomatisasi respons keamanan, hingga memperkuat sistem pertahanan nasional.

Namun, ancaman baru juga muncul seiring teknologi ini semakin canggih, terutama serangan yang mampu beradaptasi dan mengelabui sistem keamanan dengan kecepatan tinggi.

Berdasarkan data BSSN, aktivitas anomali traffic nasional sepanjang periode 2025 mencapai 8,1 miliar.

Yang lebih mengkhawatirkan, pada tahun 2025 saja tercatat 4,3 miliar anomali traffic, jumlah yang setara dengan total anomali traffic lima tahun terakhir (2020–2025).

Jika dirata-ratakan, Indonesia menghadapi sekitar 188 serangan atau anomali setiap detiknya.

BSSN menilai tren ini sebagai sinyal bahwa ancaman siber di Indonesia semakin kompleks.

Penguatan sistem keamanan digital dan kesiapsiagaan nasional menjadi langkah penting guna menghadapi potensi serangan siber yang semakin terstruktur dan berteknologi tinggi.

Baca Juga :  Polda Sulsel Telusuri Dugaan Korupsi Proyek Revitalisasi UNM Senilai Rp 87 Miliar