Pintasan.co, Surabaya – Secara bertahap terjadwal kepulangan jemaah haji ke Tanah Air mulai berlangsung. Hari ini, sejumlah jemaah tiba di Asrama Haji Debarkasi Surabaya setelah menunaikan ibadah selama 40 hari di Tanah Suci.
Salah satu jemaah asal Tulungagung, Enny Astuti (60), membagikan pengalamannya selama menjalankan ibadah haji. Dari seluruh rangkaian ibadah, momen di Muzdalifah menjadi yang paling melelahkan baginya.
Enny mengatakan, ketika di Muzdalifah, bus rombongan haji kurang. Akhirnya, jemaah haji harus berjalan kaki sepanjang 7 km.
“Yang kurang bagus di Muzdalifah. Busnya tidak ada, hanya sedikit. Sempat nggak kebagian bus. Jalan kaki kurang lebih 7km. Banyak orang,” cerita Enny di Asrama Haji, Jumat (13/6/2025).
Menurutnya, meski jalan jauh, ia tak pernah patah semangat. Karena menjalankan ibadah haji, Enny tetap bersemangat bersama rombongan jemaah lainnya.
“Meski jalan 7 km tetap semangat jalan,” ujarnya.
Enny juga menceritakan kondisinya selama di Tanah Suci, menurutnya cuacanya sangat panas. Ia pun banyak meminum air es sampai suaranya menjadi serak.
“Panas, banyak minum air es, jadinya gini (serak),” katanya.
Ia juga menceritakan, sebenarnya sempat ada kendala di jemaah. Di mana jemaah tidak melihat nusuk, sehingga suasana menjadi berantakan.
“Karena di nusuk sudah ada hotel, tenda, ada posnya di mana, tapi orang tidak mau membaca, sehingga semrawut,” pungkasnya.
Untuk diketahui, nusuk adalah aplikasi dan kartu identitas digital resmi yang dikeluarkan oleh Kementerian Haji dan Umrah Arab Saudi. Aplikasi ini digunakan oleh jemaah haji dan umrah untuk merencanakan, memesan, dan melaksanakan perjalanan ibadah mereka, serta untuk mengakses berbagai layanan di Tanah Suci.