Pintasan.co, Jakarta – Ketegangan dagang antara China dan Amerika Serikat kembali memanas.
Pemerintah China menyatakan tidak gentar menghadapi tekanan dari Washington dan siap “bertarung hingga akhir” dalam perang dagang yang semakin eskalatif.
Pernyataan tegas ini disampaikan juru bicara Kementerian Perdagangan China pada Selasa (14/10/2025), menanggapi tudingan AS yang menilai Beijing tidak memberikan jawaban terkait pembatasan ekspor logam tanah jarang.
“Jika Amerika ingin berkonfrontasi, kami siap menghadapi sampai akhir,” ujar juru bicara tersebut dalam keterangan resminya.
China menilai langkah pembatasan ekspor merupakan kebijakan sah yang dijalankan sesuai undang-undang nasional.
Meski begitu, Beijing tetap membuka peluang dialog dan perundingan dengan Washington.
“Sikap kami tidak berubah. Bila AS ingin bernegosiasi, pintu kami tetap terbuka,” tambahnya.
“Sebagai kekuatan global yang bertanggung jawab, China berkomitmen melindungi keamanan nasional dan stabilitas internasional.”
AS Dituding Picu Ketegangan
Beijing menuding Amerika Serikat sebagai pihak yang memicu eskalasi konflik dagang.
Sejak perundingan terakhir di Madrid pada September lalu, Washington terus memberlakukan sanksi baru terhadap China.
“AS tidak bisa berbicara soal dialog sambil terus mengancam dengan kebijakan pembatasan. Itu bukan cara berkomunikasi yang sehat,” tegas pernyataan Kemendag China.
Sebelumnya, pada Jumat (10/10/2025), Presiden Donald Trump mengumumkan kenaikan tarif 100% atas produk-produk China dan pembatasan ekspor perangkat lunak vital yang akan berlaku mulai 1 November mendatang.
Langkah ini disampaikan setelah Trump mengancam akan membatalkan pertemuannya dengan Presiden Xi Jinping di KTT APEC di Korea Selatan.
Sebagai respons, China memberlakukan biaya tambahan bagi kapal Amerika yang berlabuh di pelabuhan mereka, menyelidiki praktik bisnis Qualcomm Inc., serta memperluas pembatasan ekspor logam tanah jarang dan bahan penting lainnya, sektor yang selama ini dikuasai Beijing.
Trump Melunak, Tapi Tegangan Masih Tinggi
Meski sempat keras, Trump kemudian meredakan pernyataannya di platform Truth Social.
“Jangan khawatir soal China. Presiden Xi hanya sedang menghadapi masa sulit. Saya tidak ingin melihat China menderita. Amerika ingin membantu, bukan melukai,” tulisnya.
Menteri Keuangan AS, Scott Bessent, mengonfirmasi komunikasi antara kedua negara masih berlangsung dan pertemuan Trump–Xi di Korea Selatan kemungkinan besar tetap terjadi.
Namun, ia memperingatkan semua opsi masih terbuka, termasuk langkah balasan terhadap pembatasan ekspor China.
“China sedang mengancam rantai pasokan global. Dunia bebas tidak akan diam saja,” ujar Bessent dalam wawancara dengan Fox Business.
Tarif Dagang Naik Drastis
Sejak awal tahun, perang dagang kedua negara terus meningkat.
Tarif impor saling dinaikkan hingga mencapai 125% pada puncaknya.
Namun setelah negosiasi intensif, kedua pihak sepakat menurunkannya ke level saat ini: tarif 10% untuk barang-barang Amerika di China, dan sekitar 30% untuk produk China di pasar AS.
Kendati demikian, pernyataan terakhir dari kedua belah pihak menunjukkan, ketegangan belum akan mereda dalam waktu dekat.