Pintasan.co, Jakarta – Nilai tukar dolar Amerika Serikat (AS) melemah terhadap euro dan yen pada perdagangan Selasa waktu setempat (Rabu WIB).
Pelemahan ini terjadi di tengah kekhawatiran mengenai kondisi pasar tenaga kerja setelah laporan terbaru menunjukkan penurunan jumlah pekerja di sektor swasta pada bulan lalu.
Mengutip Xinhua, Rabu (12/11/2025), indeks dolar AS, yang mengukur pergerakan greenback terhadap enam mata uang utama, turun 0,15 persen menjadi 99,443.
Pada penutupan perdagangan di New York, euro menguat menjadi USD1,1590 dari USD1,1561 pada sesi sebelumnya, sementara poundsterling Inggris turun ke USD1,3172 dari USD1,3180.
Terhadap yen Jepang, dolar dibeli pada posisi 154,09, naik sedikit dari 154,07 yen pada sesi sebelumnya.
Dolar AS juga melemah terhadap franc Swiss ke 0,8001 dari 0,8048, terhadap dolar Kanada ke 1,4009 dari 1,4017, dan terhadap kronor Swedia ke 9,4514 dari 9,5075.
Sementara itu, Senat AS telah menyetujui kesepakatan untuk mengakhiri penutupan pemerintahan terlama dalam sejarah.
Rancangan undang-undang (RUU) kompromi tersebut kini menunggu pembahasan di Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) yang dikuasai Partai Republik.
Ketua DPR, Mike Johnson, menyatakan keyakinannya bahwa RUU tersebut dapat segera disahkan dan dikirim kepada Presiden Donald Trump untuk ditandatangani menjadi undang-undang.
Sejak pertengahan September, dolar sempat menguat karena pelaku pasar memperkirakan penurunan suku bunga yang lebih terbatas seiring dengan prospek pertumbuhan ekonomi AS yang masih positif.
Namun, sejumlah pejabat Federal Reserve kini lebih berhati-hati dalam mempertimbangkan pemangkasan suku bunga lanjutan karena kekhawatiran terhadap inflasi yang masih tinggi.
