Pintasan.co, Jakarta – Dolar Amerika Serikat (AS) melemah dalam perdagangan Selasa waktu setempat (Rabu WIB) setelah pasar menilai ancaman tarif impor dari Presiden Donald Trump lebih sebagai strategi negosiasi daripada kebijakan permanen.
Pelemahan ini terjadi sehari setelah Trump menangguhkan rencana tarif terhadap Meksiko dan Kanada.
Meski demikian, pemerintahan Trump tetap memberlakukan tarif tambahan sebesar 10 persen terhadap impor dari Tiongkok, yang mulai berlaku Selasa pagi.
Sensitivitas tinggi terhadap kebijakan tarif serta volatilitas pasar diperkirakan akan terus berlanjut.
Menurut data Yahoo Finance per 5 Februari 2025, indeks dolar AS—yang mengukur nilai greenback terhadap enam mata uang utama—turun 0,56 persen ke level 107,97.
Sementara itu, dolar Kanada mengalami pelemahan, sedangkan peso Meksiko justru menguat.
Euro juga mengalami kenaikan tipis setelah Washington memperingatkan bahwa Uni Eropa bisa menjadi target tarif berikutnya.
Kebijakan ini diperkirakan akan meningkatkan inflasi AS dan dapat mendorong suku bunga tetap tinggi dalam jangka waktu yang lebih lama.
Di sisi lain, Tiongkok membalas kebijakan AS dengan mengenakan tarif baru terhadap sejumlah produk impor asal AS.
Langkah ini semakin memperburuk ketegangan perdagangan antara dua ekonomi terbesar dunia.
Mata uang yuan Tiongkok naik 0,23 persen ke level 7,287 per dolar AS dalam perdagangan luar negeri, sementara perdagangan yuan resmi masih ditutup karena perayaan Tahun Baru Imlek.
Dolar Australia, yang sering dianggap sebagai indikator likuiditas yuan karena eratnya hubungan ekonomi Australia dan Tiongkok, menguat 0,5 persen ke USD 0,626, naik dari level terendah USD 0,6085 pada Senin—angka terlemah sejak April 2020.
Dolar Kanada melemah 0,81 persen ke 1,43 dolar Kanada per dolar AS, setelah sebelumnya sempat jatuh ke level terendah 1,4792 dolar Kanada pada Senin—terlemah sejak 2003.
Sementara itu, peso Meksiko menguat 1,06 persen menjadi 20,546 setelah melonjak lebih dari 1,5 persen pada hari sebelumnya.
Dolar AS sendiri mengalami kenaikan tipis 0,3 persen menjadi 154,290 yen, di tengah meningkatnya daya tarik yen Jepang sebagai mata uang safe haven, sementara greenback kehilangan pesonanya setelah reli sebelumnya.