Pintasan.co, Jakarta – Sedikitnya dua orang terduga teroris dilaporkan tewas dalam baku tembak dengan aparat keamanan India ketika mencoba melintasi Garis Kontrol (Line of Control/LoC) yang memisahkan India dan Pakistan di wilayah Jammu dan Kashmir, menurut pernyataan dari Korps Chinar Tentara India pada Rabu (23/4).

“Pada 23 April 2025, sekitar 2-3 teroris tak dikenal mencoba menyusup melalui wilayah umum Sarjeevan di Uri Nala, Baramulla. Pasukan penjaga di garis kontrol yang siaga langsung menghadang dan terjadi kontak tembak,” tulis Korps Chinar melalui akun X resmi mereka.

Dalam insiden itu, pihak militer menyita berbagai jenis senjata, amunisi, dan perlengkapan tempur dari para pelaku.

Peristiwa ini terjadi sehari setelah insiden teror di dekat Pahalgam, Jammu dan Kashmir, yang menewaskan 28 orang, termasuk beberapa wisatawan asing.

Kelompok bersenjata yang dikenal sebagai Resistance Front, afiliasi dari organisasi terlarang Lashkar-e-Taiba, melepaskan tembakan membabi buta ke arah para wisatawan yang tengah menunggang kuda.

Otoritas setempat menyampaikan keprihatinan atas kejadian ini, terlebih menjelang pelaksanaan ritual ziarah massal ke Gua Amarnath — salah satu tempat suci umat Hindu.

Ziarah tersebut direncanakan berlangsung selama 38 hari, dimulai pada 3 Juli, dan diperkirakan akan diikuti oleh puluhan ribu peziarah.

Wilayah Jammu dan Kashmir sendiri merupakan kawasan sengketa, baik antara India dan Pakistan, maupun antara India dan China.

Pada tahun 2019, pemerintah India menghapus status otonomi khusus wilayah Jammu dan Kashmir dengan mencabut Pasal 370 dalam konstitusi, sekaligus membagi wilayah tersebut menjadi dua wilayah administratif: Jammu dan Kashmir serta Ladakh.

Kebijakan ini memicu kecaman dari Pakistan, komunitas Muslim setempat, serta sejumlah partai lokal pro-kemerdekaan.

Baca Juga :  China Kecam AS karena Politisasi Asal-usul COVID-19

Di sisi lain, India dan China juga terlibat dalam perselisihan perbatasan di wilayah Ladakh hingga Arunachal Pradesh.

Perselisihan ini terus menjadi sumber ketegangan karena belum adanya kesepakatan batas wilayah resmi, melainkan hanya berdasarkan Garis Kontrol Aktual (Line of Actual Control) pasca perang perbatasan 1962.