Pintasan.co, Bandung – Suasana Auditorium Namengkawi, Sekolah Bisnis dan Manajemen Institut Teknologi Bandung (SBM ITB), mendadak riuh ketika Wali Kota Bandung Muhammad Farhan berbicara blak-blakan tentang cicilan rumah dan naik angkot di hadapan ratusan mahasiswa.

Kehadirannya dalam acara Expert Talk bertema “Building a Culture of Ethics and Good Governance in Organizations” itu menghadirkan nuansa berbeda. Alih-alih menggunakan bahasa birokrasi yang kaku, Farhan membuka diskusi dengan kalimat lugas, “Politisi jangan punya cicilan. Itu titik lemah yang paling gampang dimanfaatkan.”

Farhan kemudian bercerita tentang keputusannya meninggalkan dunia hiburan yang selama ini membesarkan namanya. Sebelum terjun ke dunia politik, ia menjual berbagai barang mewah, termasuk kendaraan pribadi.

“Saya mulai naik angkot, supaya tahu berapa ongkos dari Stasiun Bandung ke ITB. Dari situ saya sadar, macetnya Bandung bukan cuma soal jalan sempit, tapi karena transportasi umum kita memang tidak memadai,” ungkapnya.

Cerita sederhana itu membuat mahasiswa terhanyut. Mereka tidak hanya mendapatkan teori tata kelola organisasi, tetapi juga melihat bagaimana seorang pemimpin menempatkan dirinya dalam realitas warganya.

Di tengah diskusi, Farhan menyinggung persoalan serius yang kerap menggerogoti birokrasi, yakni budaya gratifikasi. Ia menegaskan sejak hari pertama menjabat sebagai wali kota, dirinya menolak segala bentuk pemberian, bahkan hadiah ulang tahun.

“Jangan kirim kado, jangan kirim uang. Doa lewat WhatsApp sudah cukup. Kalau kita biarkan hal kecil, itu bisa jadi pintu masuk praktik yang lebih besar,” tegasnya di hadapan peserta.

Pernyataan-pernyataan Farhan menuai respons positif dari para mahasiswa SBM ITB. Mereka mengaku terinspirasi oleh pengalaman dan komitmen sang wali kota dalam membangun budaya etika serta tata kelola pemerintahan yang bersih.

Baca Juga :  Sulsel Siap Jadi Pusat Kreatif Kawasan Timur, Gubernur Andi Sudirman Dorong Kolaborasi Digital

Acara yang berlangsung interaktif tersebut diharapkan menjadi ruang pembelajaran penting bagi generasi muda, khususnya calon pemimpin, untuk menanamkan integritas sejak dini dalam organisasi maupun kehidupan bermasyarakat.