Pintasan.co, Semarang – Pemerintah Kota Semarang menyatakan tengah mengupayakan ketahanan pangan serta kestabilan harga bahan pokok melalui Program Gerakan Pangan Murah (GPM).
Wali Kota Semarang, Agustina Wilujeng Pramestuti, menegaskan bahwa GPM bukan hanya kegiatan musiman, melainkan bagian dari strategi jangka panjang untuk memastikan warga mendapatkan akses pangan dengan harga terjangkau.
“Kegiatan ini adalah bagian dari strategi jangka panjang menjaga ketahanan pangan, melindungi daya beli masyarakat, dan menciptakan stabilitas harga. Kunci keberhasilan ada pada konsistensi dan inovasi,” katanya dalam keterangannya, Selasa (12/8/2025).
Terbaru, program ini digelar serentak di 1.530 titik RW se-Kota Semarang, menghadirkan pangan murah langsung ke lingkungan warga pada akhir pekan kemarin. Dalam pelaksanaannya, GPM melibatkan berbagai pihak, termasuk Bank Indonesia (BI) Jawa Tengah, Perum Bulog, pelaku usaha pangan, dan UMKM lokal.
Selain itu, sebutnya, sebanyak 15.149 kemasan beras SPHP 5 kg disalurkan ke seluruh titik RW dengan total 75,745 ton.
Menurut dia, hal ini dilakukan untuk menekan lonjakan harga beras. Komoditas lain seperti bawang merah, bawang putih, dan minyak goreng juga tersedia.
Menurutnya, masyarakat tidak perlu khawatir GPM akan merugikan pelaku industri perdagangan.
“Jangan khawatir bahwa ini akan merugikan industri perdagangannya. Sembako tidak, karena kita menggandeng dan mereka diberikan support diskon,” katanya.
Deputi Kepala Perwakilan BI Jateng, Andi Reina Sari, menjelaskan, program seperti GPM membantu menekan inflasi.
Ia menyebut, Kota Semarang sendiri mencatat penurunan inflasi dari 22 persen menjadi 6,7?lam satu tahun terakhir.
Menurutnya, ini merupakan sebuah capaian yang diapresiasi dalam forum High Level Meeting TPID Jawa Tengah.
Intervensi harga bahan pokok di Semarang juga dilakukan melalui program seperti Pak Rahman (Pasar Pangan Rakyat Murah dan Aman), BUMP Lumpang Semar Sejahtera, serta delapan armada Kempling Semar yang setiap hari menjangkau empat titik RW.
Menurut Wali Kota, intervensi harga dilakukan dengan memanfaatkan alat deteksi harga yang dimiliki oleh instansi terkait.
Ketika terdeteksi adanya lonjakan harga di titik tertentu, program langsung dijalankan untuk menjaga keseimbangan.
Sebaliknya, saat harga stabil, intensitas intervensi dapat dikurangi.
“Yang terpenting adalah kontinuitas dan konsistensi. Tidak hanya ramai saat launching, tapi harus terus berjalan bahkan tanpa seremoni,” imbuhnya.