Pintasan.coGrebeg Apem merupakan salah satu tradisi unik di Kabupaten Jombang, Jawa Timur, yang telah berlangsung turun-temurun.

Acara ini bukan sekadar perayaan budaya, tetapi juga memiliki makna religius yang kuat dalam khazanah Islam.

Tradisi ini biasanya dilaksanakan di Desa Peterongan, Jombang, sebagai bentuk rasa syukur dan doa bersama agar diberikan masyarakat keberkahan serta dijauhkan dari marabahaya.

Sejarah dan Makna Grebeg Apem

Secara etimologis, “grebeg” berasal dari bahasa Jawa yang berarti “iring-iringan” atau “perayaan besar”, sedangkan “apem” merujuk pada kue tradisional berbahan dasar tepung beras yang sering dikaitkan dengan simbolisasi permohonan pengampunan dalam ajaran Islam.

Kata “apem” sendiri diyakini berasal dari bahasa Arab afwun , yang berarti “ampunan”.

Tradisi ini diperkirakan sudah ada sejak zaman Wali Songo, khususnya dalam dakwah Sunan Kalijaga. Sunan Kalijaga menggunakan simbol kue apem untuk mengajarkan nilai-nilai Islam, terutama dalam konsep istighfar (memohon ampun kepada Allah).

Dalam Islam, memohon ampun dan berbagi kepada sesama adalah bagian dari akhlak mulia yang dianjurkan Rasulullah SAW.

Prosesi Grebeg Apem

Pelaksana Grebeg Apem di Jombang dimulai dengan serangkaian acara keagamaan, seperti doa bersama, tahlilan, dan pengajian.

Setelah itu, masyarakat akan mengarak gunungan apem yang berisi ratusan hingga ribuan kue apem, sebagai lambang keberkahan dan sedekah.

Gunungan ini kemudian diperebutkan oleh warga yang percaya bahwa kue tersebut membawa berkah.

Tradisi ini sejalan dengan ajaran Islam yang mendorong umatnya untuk bersedekah dan berbagi rezeki dengan sesama. Dalam hadis, Rasulullah SAW bersabda:

مَا نَقَصَتْ صَدَقَةٌ مِنْ مَالٍ، وَمَا زَادَ اللهُ عَبْدًا بِعَفْوٍ، إِلَّا عِزًّا، وَمَا تَوَاضَعَ أَحَدٌ لِلَّهِ إِلَّا رَفَعَهُ اللهُ

Artinya: “Sedekah itu tidak akan mengurangi harta. Tidak ada orang yang memberi maaf kepada orang lain, melainkan Allah akan menambah kemuliaannya. Dan tidak ada orang yang merendahkan diri karena Allah, melainkan Allah akan mengangkat derajatnya.” (HR Muslim)

Baca Juga :  Khazanah Ramadhan : Keutamaan Hari Keempat Ramadhan, Meraih Berkah dan Ampunan

Nilai Islam dalam Grebeg Apem

  1. Sedekah dan Kepedulian Sosial
    Pembagian kue apem dalam acara ini mengajarkan pentingnya berbagi dan peduli terhadap sesama, sebagaimana yang diajarkan dalam Islam melalui zakat dan sedekah.
  2. Syukur atas Nikmat Allah
    Tradisi ini juga menjadi momen bagi masyarakat untuk bersyukur atas rezeki yang diberikan Allah SWT, sebagaimana dalam firman-Nya:

وَاِذْ تَاَذَّنَ رَبُّكُمْ لَىِٕنْ شَكَرْتُمْ لَاَزِيْدَنَّكُمْ وَلَىِٕنْ كَفَرْتُمْ اِنَّ عَذَابِيْ لَشَدِيْدٌ ۝٧

“Sesungguhnya jika kamu bersyukur, pasti Kami akan menambah (nikmat) kamu…” (QS. Ibrahim : 7)

  1. Memohon Ampunan (Istighfar)
    Makna apem yang dikaitkan dengan afwun atau pengampunan menjadi pengingat bagi umat Islam untuk senantiasa beristighfar dan memperbaiki diri.

Grebeg Apem di Jombang bukan hanya tradisi budaya, tetapi juga memiliki makna mendalam dalam ajaran Islam.

Dengan nilai-nilai keislaman seperti sedekah, syukur, dan istighfar yang terkandung di dalamnya, tradisi ini menjadi salah satu contoh bagaimana budaya lokal dapat selaras dengan ajaran Islam.

Selain melestarikan warisan leluhur, Grebeg Apem juga menjadi sarana dakwah yang efektif untuk mengingatkan umat Islam akan pentingnya berbagi dan bersyukur dalam kehidupan sehari-hari.