Pintasan.co, Jakarta – Pemimpin senior Hamas, Abdul Rahman Shadid, pada Jumat (2/5) menyatakan bahwa pihaknya telah mengajukan proposal perdamaian menyeluruh untuk Gaza kepada para mediator, yang mencakup gencatan senjata selama lima tahun.
Dalam keterangannya kepada media, Shadid menjelaskan bahwa proposal itu disampaikan pada 17 April lalu dan mencakup sejumlah poin penting: penghentian permanen agresi militer Israel, penarikan penuh pasukan dari wilayah Gaza, pencabutan blokade, pengiriman bantuan kemanusiaan, serta dimulainya kembali proses rekonstruksi.
Rencana tersebut juga memuat ketentuan pembebasan seluruh sandera yang ditahan di Gaza secara serentak, dengan imbalan pertukaran tahanan Palestina berdasarkan kesepakatan.
Selain itu, proposal mencantumkan pembentukan komite pemerintahan independen yang terdiri dari teknokrat non-politik untuk mengelola Gaza pascaperang, dengan dukungan dan jaminan dari komunitas regional dan internasional.
Komite ini dirancang untuk menjamin keamanan dan penyediaan layanan dasar bagi warga Gaza, sesuai dengan gagasan Mesir tentang pembentukan badan sipil yang bebas dari intervensi politik.
Namun, menurut Shadid, Israel menolak secara menyeluruh usulan tersebut. Ia menuduh pemerintah Israel tetap mengedepankan kebijakan kekerasan dan menolak berkomitmen untuk mengakhiri perang, bahkan dengan risiko terhadap tentara mereka yang masih ditawan.
Laporan dari media nasional Israel, Kan TV, menyebut bahwa pada Senin (28/4), pemerintah Israel secara resmi menolak proposal tersebut, termasuk tawaran pembebasan sandera Israel.
Sementara itu, Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu menegaskan pada Kamis (1/5) bahwa prioritas utama pemerintahannya adalah menghancurkan Hamas, bukan negosiasi pembebasan sandera.
Israel menghentikan pengiriman bantuan ke Gaza sejak 2 Maret, usai berakhirnya tahap pertama gencatan senjata yang tercapai pada Januari.
Tahap kedua belum dilaksanakan karena belum adanya kesepakatan baru. Sejak melanjutkan operasi militer pada 18 Maret, serangan Israel kembali meningkat.
Menurut otoritas kesehatan di Gaza, hingga Kamis, sedikitnya 2.326 warga Palestina tewas dan lebih dari 6.000 lainnya mengalami luka-luka akibat serangan terbaru tersebut.