Pintasaan.co, Jakarta – Kelompok pejuang Palestina Hamas akan membebaskan enam sandera Israel di Gaza pada Sabtu, 22 Februari 2025, sebagai bagian dari pertukaran dengan 602 tahanan Palestina.
Rencana pertukaran ini diumumkan setelah terjadi masalah terkait pengembalian jenazah yang salah diidentifikasi dari Hamas ke Israel, yang sempat mengancam kelangsungan gencatan senjata yang rapuh di Gaza.
Keenam sandera tersebut adalah bagian dari kelompok 33 orang yang disepakati akan dibebaskan dalam gencatan senjata tahap pertama.
Mereka diperkirakan akan diserahkan pada pukul 08.30 pagi (06.30 GMT). Empat sandera, Eliya Cohen, Tal Shoham, Omer Shem Tov, dan Omer Wenkert, ditangkap oleh Hamas selama serangan mereka ke Israel pada Oktober 2023.
Dua lainnya, Hisham Al-Sayed dan Avera Mengistu, telah ditahan Hamas sejak mereka masuk Gaza secara terpisah hampir sepuluh tahun lalu.
Sebagai imbalannya, Israel akan membebaskan 602 tahanan Palestina dalam tahap terakhir pertukaran yang telah dimulai sejak 19 Januari.
Pada Kamis malam, Israel menuduh Hamas melanggar gencatan senjata dengan menyerahkan jenazah yang salah alih-alih jenazah Shiri Bibas yang seharusnya dikembalikan bersama kedua anaknya yang kecil.
Hamas mengklaim jenazah Bibas tercampur dengan jenazah lain yang ditemukan di reruntuhan setelah serangan udara Israel yang diduga membunuh Shiri dan kedua putranya pada November 2023.
Pada hari Jumat, Hamas menyerahkan jenazah lain untuk diperiksa oleh forensik Israel.
Kesalahan identifikasi jenazah Bibas memicu kemarahan warga Israel, dengan militer Israel menyatakan bahwa anak-anak Bibas dibunuh secara sengaja oleh para penculik mereka.
Perdana Menteri Israel, Benjamin Netanyahu, mengancam akan membuat Hamas “membayar harga penuh” atas kegagalannya mengembalikan jenazah, meskipun ia memilih untuk tidak membatalkan perjanjian gencatan senjata.
Genjatan senjata Israel dan Hamas
Gencatan senjata yang telah menghentikan pertempuran di Gaza belum menjamin akhir dari perang ini. Hamas tetap berusaha menunjukkan kontrol di Gaza meskipun menghadapi kerugian besar.
Sementara itu, otoritas kesehatan Palestina melaporkan bahwa operasi Israel telah menewaskan hampir 48.000 orang dan menghancurkan sebagian besar Gaza.
Kedua pihak berharap untuk memulai perundingan tahap kedua yang berfokus pada pengembalian sekitar 60 sandera yang tersisa dan penarikan pasukan Israel.
Namun, ketegangan terkait masa depan Gaza tetap menjadi hambatan utama dalam mencapai kesepakatan.