Pintasan.co, Banjarbaru – Cita-cita Indonesia Emas 2045 bukan hanya sekadar visi, melainkan harapan kolektif seluruh bangsa untuk melihat Indonesia tampil sebagai negara maju dengan sumber daya manusia unggul.
Namun, ancaman stunting menjadi batu sandungan serius bagi terwujudnya cita-cita itu.
Bagaimana mungkin bangsa ini mampu mencetak generasi yang cerdas, sehat, dan berdaya saing, bila sejak usia dini banyak anak terhambat pertumbuhan fisik dan kecerdasannya? Stunting bukan semata persoalan gizi, tetapi problem struktural yang menyangkut pendidikan, kesehatan, sanitasi, hingga kesadaran masyarakat.
Dalam menghadapi tantangan ini, pemerintah perlu mengambil kebijakan yang komprehensif.
Intervensi gizi harus diperkuat, mulai dari pemberian makanan bergizi untuk ibu hamil dan balita, hingga penyediaan suplemen dan layanan kesehatan yang merata di seluruh daerah.
Pada saat yang sama, kebijakan gizi sensitif juga wajib diutamakan, seperti perbaikan akses air bersih, sanitasi lingkungan, dan penguatan layanan Posyandu sebagai garda terdepan.
Tak kalah penting, literasi gizi harus ditanamkan sejak dini melalui kurikulum sekolah, kampanye publik, dan pendampingan komunitas, sementara program 1000 Hari Pertama Kehidupan (HPK) mesti menjadi prioritas.
Agar kebijakan berjalan efektif, pemerintah juga perlu membangun sistem pengawasan berbasis teknologi untuk memantau angka stunting di tiap daerah dan memastikan anggaran tepat sasaran.
Di sinilah peran Himpunan Mahasiswa Islam (HMI) menjadi sangat relevan.
Sebagai organisasi kader umat dan bangsa, HMI memiliki tanggung jawab moral untuk berkontribusi dalam perjuangan melawan stunting.
Kader HMI dapat hadir di tengah masyarakat sebagai agen edukasi gizi, motor penggerak literasi kesehatan, sekaligus mitra strategis pemerintah dalam memastikan kebijakan berjalan dengan baik.
Dengan basis intelektual dan jaringan nasional, HMI juga dapat melakukan riset sederhana, advokasi, hingga inovasi sosial yang membantu menemukan solusi lokal.
Kehadiran kader HMI di lapangan adalah bukti nyata bahwa perjuangan menuju Indonesia Emas bukan hanya wacana, tetapi gerakan bersama untuk menyiapkan generasi sehat, cerdas, dan berdaya saing tinggi.
Penulis: Wentriani (Peserta Advance Training LK-III Tingkat Nasional BADKO HMI Kalimantan Selatan).