Pintasan.co, Jakarta – Iran menyatakan kesediaannya untuk menjamin kepada Amerika Serikat bahwa program nuklir yang dijalankannya bersifat damai.
Meski begitu, fokus utama dari perundingan antara kedua negara tetap tertuju pada pencabutan penuh sanksi ekonomi AS terhadap Iran.
Pernyataan ini disampaikan oleh Wakil Ketua Komisi Keamanan Nasional dan Kebijakan Luar Negeri Parlemen Iran, Abbas Moqtadaei, pada Minggu (11/5).
Ia menegaskan bahwa Iran tetap konsisten menjalankan program nuklir untuk tujuan damai dan siap memberikan jaminan yang diperlukan.
Menurutnya, hal ini bukan langkah mundur, melainkan bagian dari kebijakan ekonomi jangka panjang Iran.
Moqtadaei juga memperingatkan masyarakat untuk tidak mudah terpengaruh oleh pemberitaan yang dibesar-besarkan oleh media Barat mengenai perundingan antara Teheran dan Washington.
Putaran keempat dari perundingan tidak langsung antara Iran dan AS terkait program nuklir kembali diadakan di Muscat, Oman, pada Minggu, setelah sebelumnya sempat tertunda selama dua minggu. Putaran sebelumnya digelar di Muscat pada 12 dan 26 April, serta di Roma pada 19 April.
Perundingan ini dilatarbelakangi oleh surat dari Presiden AS saat itu, Donald Trump, kepada Pemimpin Tertinggi Iran, Ayatollah Ali Khamenei, pada awal Maret, yang menawarkan kesepakatan baru soal nuklir namun disertai ancaman aksi militer jika diplomasi gagal.
Meski menolak perundingan langsung, Iran bersedia melakukan pembicaraan secara tidak langsung.
Sebagai informasi, Iran pernah menandatangani kesepakatan nuklir pada 2015 bersama negara-negara besar dunia dan Uni Eropa, yang mengatur pembatasan program nuklir Iran sebagai imbalan atas pencabutan sanksi internasional.
Namun, pada 2018, di bawah pemerintahan Trump, AS menarik diri dari perjanjian tersebut dan kembali menjatuhkan sanksi kepada Iran, yang akhirnya membuat kesepakatan tersebut batal.
Sebagai tanggapan, Iran mulai mengurangi komitmennya, termasuk mencabut batasan pada riset nuklir dan pengayaan uranium.