Pintasan.co, Jakarta – Ketidakpastian masih menyelimuti rencana pembukaan kembali perlintasan Rafah di Jalur Gaza bagi warga sipil.
Hingga Kamis (16/10), pemerintah Israel belum menetapkan tanggal pasti pembukaan kembali jalur vital tersebut.
Mengutip laporan AFP, Jumat (17/10) dini hari WIB, Menteri Luar Negeri Israel Gideon Saar menyebutkan bahwa perlintasan antara Gaza dan Mesir kemungkinan baru akan dibuka pada akhir pekan, tepatnya Minggu (19/10).
Dalam pertemuan di Italia, Saar menuturkan bahwa persiapan tengah dilakukan untuk membuka kembali titik strategis itu, yang menjadi jalur utama bagi pengiriman bantuan kemanusiaan menuju Gaza.
Sebelumnya, Badan Koordinasi Pemerintah Israel di Wilayah Palestina (COGAT) menyatakan tanggal resmi pembukaan terminal Rafah akan diumumkan setelah seluruh proses koordinasi dan kesiapan teknis diselesaikan bersama pihak Mesir.
Perlintasan Rafah semula direncanakan dibuka pada Rabu (15/10), sebagai bagian dari tahap awal implementasi gencatan senjata antara Israel dan Hamas yang berlaku sejak Jumat pekan sebelumnya.
Namun, COGAT kemudian menegaskan bahwa bantuan kemanusiaan tidak akan disalurkan melalui jalur Rafah, karena hal itu tidak termasuk dalam kesepakatan negosiasi.
Mengutip Anadolu Agency, pemerintah Tel Aviv menolak membuka perlintasan hingga seluruh jenazah sandera Israel yang ditahan Hamas dikembalikan.
Sejak Mei 2024, Israel telah menutup total akses keluar masuk warga Palestina di Gaza melalui perlintasan Rafah, satu-satunya jalur penghubung wilayah itu dengan dunia luar sebelum serangan besar-besaran Israel dimulai pada Oktober 2023.
Kesepakatan gencatan senjata yang dimediasi oleh Presiden Amerika Serikat Donald Trump mencakup dua tahap: tahap pertama berupa pertukaran sandera Israel dengan tahanan Palestina, dan tahap kedua berfokus pada rekonstruksi Gaza serta pembentukan mekanisme pemerintahan baru tanpa keterlibatan Hamas.
Sejak agresi dimulai pada Oktober 2023, serangan militer Israel telah menewaskan hampir 68.000 warga Palestina, sebagian besar perempuan dan anak-anak, serta membuat Gaza hampir tak layak huni.
Sementara itu, Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) mengonfirmasi telah menerima pemberitahuan resmi dari Israel terkait keputusan untuk mengurangi separuh jumlah truk bantuan yang diperbolehkan masuk ke Jalur Gaza.
Dari sekitar 600 truk yang dijanjikan sebelumnya, jumlahnya kini akan dikurangi secara signifikan.
Menurut laporan WAFA, Juru Bicara Deputi Sekretaris Jenderal PBB Farhan Haq menyebut bahwa COGAT telah mengirim surat resmi kepada PBB dengan alasan pengurangan bantuan dikaitkan dengan proses pemulangan jenazah sandera.
Haq menegaskan, PBB akan terus berupaya menyalurkan bantuan kemanusiaan sebanyak mungkin ke Gaza meski menghadapi hambatan.
Ia juga mendesak semua pihak agar tetap berpegang pada komitmen perjanjian gencatan senjata, termasuk memastikan bantuan kemanusiaan bagi warga sipil Gaza tidak terhenti.