Pintasan.co, Jakarta – Dalam proses pembinaan kader Himpunan Mahasiswa Islam (HMI), saya meyakini bahwa pendekatan yang hanya berorientasi pada penguatan intelektual belumlah cukup. Ditengah tantangan zaman yang kompleks, terutama disektor ekonomi, kader HMI juga perlu dibekali dengan semangat dan keterampilan kemandirian ekonomi. Ini bukan hanya soal kemampuan bertahan secara finansial, tetapi juga menyangkut kapasitas kepemimpinan dan daya tawar kader di ranah sosial-politik. Salah satu langkah konkret yang patut diperkuat adalah pengembangan usaha mikro yang berbasis produktivitas dan kreativitas kader itu sendiri.

Usaha mikro, jika dikelola dengan baik, dapat menjadi pintu masuk pemberdayaan ekonomi yang berkelanjutan. Kegiatan ekonomi yang tumbuh dari basis kader akan memberikan manfaat tidak hanya secara individual, tetapi juga untuk komunitas sekitarnya. Lingkungan ekonomi yang sehat dan mandiri akan menciptakan interaksi sosial yang kuat, meningkatkan daya beli masyarakat, dan secara tidak langsung memperkuat ketahanan sosial. Lebih penting lagi, proses ini juga menjadi sarana pendidikan kader secara praktis dalam aspek manajerial, kepemimpinan, dan tanggung jawab sosial.

Selain itu, keberadaan fondasi ekonomi yang kuat dalam tubuh organisasi seperti HMI sangat relevan dengan konteks perjuangan politik. Dalam kenyataan sosial, kekuatan ideologis dan visi perubahan akan sulit dijalankan tanpa sokongan finansial yang memadai. Dengan memiliki sumber ekonomi yang mandiri, kader HMI tidak mudah terkooptasi oleh kepentingan eksternal. Ini memungkinkan organisasi tetap teguh pada nilai-nilai idealismenya dan konsisten dalam memperjuangkan aspirasi umat dan bangsa secara utuh.

Dalam konteks kekinian, saya melihat bahwa ekonomi digital membuka peluang yang sangat besar untuk mendukung agenda kemandirian kader. Transformasi teknologi informasi dan komunikasi telah menciptakan ekosistem ekonomi baru yang lebih cepat, efisien, dan inklusif. Data dari BPS menunjukkan bahwa kontribusi sektor digital terhadap Produk Domestik Bruto (PDB) terus mengalami peningkatan, menandakan adanya potensi besar yang patut dimanfaatkan oleh generasi muda, termasuk kader HMI.

Ekonomi digital membawa sejumlah manfaat yang signifikan. Pertama, teknologi memungkinkan peningkatan produktivitas dan efisiensi usaha secara drastis. Proses bisnis dapat dipercepat, biaya operasional ditekan, dan akses ke pasar menjadi jauh lebih luas. Kedua, munculnya berbagai platform e-commerce, fintech, dan startup membuka banyak peluang kerja baru dan lapangan usaha, terutama bagi pemuda yang kreatif dan adaptif terhadap teknologi.

Ketiga, pelaku usaha kini dapat bersaing di tingkat nasional bahkan global tanpa harus memiliki modal besar. Teknologi digital menurunkan hambatan masuk ke pasar dan memberikan kemudahan dalam mengakses informasi serta membangun jaringan. Keempat, digitalisasi turut mendorong inklusi keuangan melalui layanan keuangan berbasis aplikasi yang menjangkau masyarakat yang sebelumnya sulit mengakses perbankan formal.

Baca Juga :  Koleksi Kendaraan Jokowi: Dari Mercedes-Benz hingga Yamaha Vega yang Bernilai Rp 2,5 Juta

Namun demikian, kita juga tidak boleh menutup mata terhadap tantangan yang muncul dari perkembangan ekonomi digital. Tantangan tersebut antara lain terkait dengan kebutuhan infrastruktur digital yang merata, keterampilan digital yang belum merata di kalangan pemuda, serta persoalan keamanan data dan ketatnya persaingan pasar. Oleh karena itu, perlu ada strategi yang serius dan terstruktur agar kader HMI bisa menjawab tantangan sekaligus memanfaatkan peluang yang tersedia.

Adapun langkah yang perlu dilakukan adalah:

1. Pendidikan dan Pelatihan Digital Entrepreneurship

KOHATI, Badko, dan Cabang HMI perlu menyelenggarakan pelatihan kewirausahaan digital secara rutin, bekerja sama dengan startup, inkubator bisnis, atau pemerintah daerah. Kader harus dibekali pengetahuan tentang e-commerce, pemasaran digital, manajemen keuangan daring, serta pemanfaatan platform sosial media untuk bisnis.

2. Penguatan Ekosistem Usaha Mikro Kader

Mendorong terbentuknya koperasi atau inkubasi bisnis di lingkungan komisariat dan cabang HMI. Usaha ini dapat menjadi wadah kolektif bagi kader dalam mengembangkan bisnis secara gotong royong, serta menjadi media belajar dalam hal kolaborasi dan manajemen.

3. Pemanfaatan Ekonomi Digital untuk Aksi Sosial

Mendorong kader agar tidak hanya mengejar profit pribadi, tetapi juga mengaitkan aktivitas ekonomi digitalnya dengan agenda-agenda sosial. Contohnya melalui bisnis berbasis komunitas, platform donasi digital, atau program CSR internal kader untuk memberdayakan masyarakat sekitar.

4. Pemetaan Potensi dan Pendampingan UMKM Digital

HMI perlu turut serta dalam melakukan pemetaan potensi UMKM di sekitar lingkungan kader, sekaligus memberikan pendampingan dalam hal transformasi digital, seperti pembuatan katalog online, pemasaran daring, dan integrasi layanan pembayaran elektronik.

5. Membangun Kemitraan Strategis

HMI dapat menjalin kerja sama dengan lembaga digital nasional seperti BRI Ventures, Tokopedia, atau Kementerian Koperasi dan UKM dalam program pengembangan bisnis digital berbasis pemuda dan mahasiswa.

Dengan langkah-langkah tersebut, saya percaya bahwa kader HMI tidak hanya akan unggul secara intelektual, tetapi juga mampu menjadi motor penggerak ekonomi umat berbasis teknologi yang inklusif, mandiri, dan berkeadilan. Masa depan organisasi ini akan lebih kokoh jika kader-kadernya memiliki kapasitas ekonomi yang kuat, independen, dan mampu memimpin perubahan di era digital.

Penulis: Lilis Febriana