Pintasan.co, Mamuju – Setelah sebelumnya menggelar aksi protes di Polresta Mamuju, sekelompok mahasiswa melanjutkan perjuangan mereka ke Markas Polda Sulawesi Barat (Sulbar).
Aksi ini dipicu oleh dugaan tindakan tidak pantas yang dilakukan oleh oknum polisi terhadap salah satu mahasiswa.
Rasa marah dan kecewa tampak jelas di wajah para demonstran yang terus memperjuangkan keadilan.
Namun, suasana yang awalnya penuh emosi mulai mencair saat Kapolda Sulawesi Barat, Irjen Pol. R. Adang Ginanjar, secara langsung menemui mereka.
Didampingi pejabat utama Polda, Kapolda memilih pendekatan yang berbeda. Ia duduk bersama mahasiswa di tengah kerumunan, tanpa menggunakan meja atau podium resmi, untuk mendengarkan langsung aspirasi mereka.
Langkah sederhana ini membawa arti mendalam, mencerminkan itikad baik dan keseriusan untuk memahami permasalahan yang ada.
“Kami mendengar, kami memahami, dan kami ingin mencari solusi bersama,” ungkap Irjen Pol. Adang Ginanjar dengan tegas.
Dialog yang berlangsung dalam suasana hangat dan konstruktif tersebut membuka ruang bagi mahasiswa untuk menyampaikan tuntutan mereka.
Perwakilan mahasiswa mengungkapkan harapan agar kasus ini segera ditindaklanjuti dengan adil dan transparan.
“Kehadiran Kapolda menunjukkan bahwa suara kami diakui. Kami berharap ini bukan hanya sekadar janji, tetapi ada tindakan nyata,” ujar salah satu perwakilan mahasiswa.
Menanggapi hal tersebut, Kapolda berkomitmen untuk memproses laporan secara profesional. Ia juga menegaskan bahwa siapa pun yang terbukti bersalah akan menerima sanksi sesuai hukum.
“Tidak ada tempat bagi perilaku yang mencoreng nama baik institusi. Jika ada oknum yang terbukti melanggar, kami akan mengambil langkah tegas,” tegas Kapolda.
Pada akhir pertemuan, mahasiswa yang semula penuh amarah mulai merasa optimistis. Dialog tersebut menjadi titik terang dalam perjuangan mereka, memberikan harapan akan perubahan yang lebih baik.
“Kami akan terus mengawal kasus ini hingga tuntas. Namun, hari ini kami merasa mendapat angin segar dan harapan baru,” ujar seorang mahasiswa sebelum massa membubarkan diri dengan tertib.
Langkah humanis Kapolda Sulawesi Barat ini mendapat apresiasi luas dari berbagai pihak, dianggap sebagai contoh kepemimpinan yang mengutamakan dialog dan pendekatan damai.
Sebagai informasi, aksi ini bermula dari insiden di mana sejumlah oknum polisi diduga mengeroyok kader Himpunan Mahasiswa Islam (HMI) di Mamuju.
Kejadian tersebut dipicu oleh salah satu anggota polisi yang merasa tidak terima setelah ditegur saat menemui pacarnya di sebuah asrama putri.
Anggota polisi itu kemudian memanggil rekannya, yang kemudian melakukan pengeroyokan terhadap mahasiswa.