Pintasan.co, Sleman – Kasus keracunan massal dari program Makan Bergizi Gratis (MBG) kembali muncul di Sleman.

Pada Rabu (13/08/2025), sebanyak 379 siswa dari empat sekolah, yaitu SMP Muhammadiyah 1 Mlati, SMP Muhammadiyah 3 Mlati, SMP Pamungkas, dan SMP Negeri 3 Mlati, dilaporkan terdampak.

Lalu pada Rabu (27/08/2025), kejadian serupa menimpa SMP Negeri 3 Berbah dengan jumlah korban diperkirakan mencapai 137 siswa.

Peristiwa keracunan massal itu menimbulkan kekhawatiran para orang tua, termasuk Yudha (36).

Anaknya yang bersekolah di Sleman tercatat sebagai penerima program MBG. Ia menilai, kejadian ini seharusnya menjadi bahan evaluasi untuk pelaksanaan program ke depan.

“Terutama tentang regulasi untuk penyedia, harus benar-benar diawasi. Harus ada tim dari pihak yang berwenang dan bertanggung jawab bahwa makanan yang terdistribusi ke sekolah adalah makanan fresh, yang dimasak dihari saat makanan akan diberikan,” katanya, Kamis (28/08/2025).

“Jika belum bisa dilakukan (evaluasi dan regulasi), ada baiknya mungkin diberhentikan dulu sementara waktu sampai semuanya benar- siap, sampai ada hasil investigasi dari pihak berwenang, untuk menghindari risiko lebih besar,” sambungnya.

Jika program MBG masih berjalan, sebaiknya menunya pun menghindari ultra process food, seperti naget, sosis, dan lain-lain. Ia pun mendorong agar ada regulasi terkait menu, sehingga MBG bukan sekadar penamaan saja.

Kekhawatiran serupa juga dialami oleh Yuli (32). Anaknya juga menjadi penerima manfaat MBG di Sleman.

Bahkan menyantap menu yang sama dengan korban keracunan di Kapanewon Mlati.

“Pas tahu ada keracunan ya khawatir banget, karena SPPGnya sama dengan anak saya. Saya khawatir anak saya keracunan juga, tetapi untungnya aman,” ujarnya.

Ia pun sempat menghubungi pihak sekolah anaknya untuk memastikan menu yang dikonsumsi hingga prosedur distribusi.

“Waktu itu saya tanya ke guru soal menunya dan distribusinya. Ternyata sama gurunya dicicipi dulu sebelum dibagikan. Artinya sekolah sudah berupaya memastikan makanan aman. Dulu waktu ada MBG juga didata dulu ada yang alergi atau tidak,” terangnya.

Ia menilai program MBG sebenarnya baik, terutama untuk mendukung pemenuhan gizi anak.

Baca Juga :  Merapi Mengeluarkan Empat Kali Guguran Lava ke Arah Barat Daya, Jarak Luncur Mencapai 1.900 Meter

Namun, proses pengolahan hingga distribusinya perlu diawasi dengan sangat ketat.

Pengelola MBG dari pihak SPPG juga dituntut memiliki kemampuan yang memadai, baik dalam hal memasak maupun pendistribusian makanan.

“Jangan hanya karena uang, aji mumpung, kemudian kebersihan dan kapasitas diabaikan. Kalau SPPG tidak mampu, ya jangan terima MBG, jangan karena uang. Kalau keracunan massal, kasihan anak-anak juga. Programnya bagus, tetapi kalau tidak bisa dikelola dengan baik lebih baik dihentikan, daripada malah pemborosan anggaran,” pungkasnya.