Pintasan.co, Bogor – Insiden perseteruan antara wisatawan dan pengatur jalan ilegal atau yang kerap disebut “Pak Ogah” kembali terjadi di kawasan Puncak, tepatnya di jalur alternatif Desa Sukagalih, Megamendung, Kabupaten Bogor.
Kejadian yang memancing perhatian publik ini berlangsung pada Minggu (22/12) sekitar pukul 15.49 WIB, melibatkan cekcok hingga pemukulan antara wisatawan asal Jakarta dan beberapa warga setempat.
Kronologi Kejadian
Kapolsek Megamendung, AKP Dedi Hermawan, menjelaskan bahwa insiden bermula ketika IH, wisatawan asal Jakarta, bersama istrinya melintasi jalur tanjakan Cihanjawar Vila Pondok Salam.
Kondisi lalu lintas di lokasi tersebut sedang padat, diperparah oleh adanya sebuah mobil yang mogok di tengah jalan.
Untuk menghindari mobil mogok tersebut, IH berusaha melaju dan tanpa sengaja menyenggol seorang pria serta menyentuh kaca spion mobilnya.
“Saat kejadian, korban IH beserta istrinya sedang berada di jalur tanjakan. Kondisi jalan saat itu padat,” ungkap AKP Dedi pada Senin (23/12).
Setelah itu, IH menghentikan kendaraannya sejajar dengan mobil mogok untuk memeriksa kondisi kendaraan yang tersenggol.
Namun, situasi berubah menjadi panas ketika beberapa orang, yakni J, D, dan R, mendekati mobil IH dan mengetuk kaca belakang dengan keras. Hal ini memicu istri IH turun dari mobil untuk mempertanyakan tindakan tersebut.
Cekcok Berujung Kekerasan
Pertengkaran mulut antara kedua belah pihak tidak dapat dihindari, yang kemudian berujung pada tindakan kekerasan.
J, D, dan R melakukan pemukulan terhadap IH, mengakibatkan korban mengalami luka memar di pelipis mata sebelah kanan.
Menanggapi insiden tersebut, IH dan istrinya langsung melapor ke Mapolsek Megamendung untuk meminta perlindungan hukum.
Tidak lama setelah laporan diterima, polisi bergerak cepat dengan menjemput dan mengamankan ketiga pelaku ke kantor polisi untuk dimintai keterangan.
Penyelesaian Secara Damai
Setelah pemeriksaan dilakukan, kedua belah pihak akhirnya sepakat untuk menyelesaikan masalah ini secara musyawarah.
Hasil dari kesepakatan tersebut dituangkan dalam surat pernyataan bersama, sebagai langkah untuk menghindari konflik lebih lanjut.
“Telah dilakukan pemeriksaan terhadap para pihak yang terkait, dan kedua belah pihak sepakat permasalahan tersebut diselesaikan secara musyawarah,” ujar AKP Dedi.
Pentingnya Pengelolaan Jalur Alternatif
Kasus ini menyoroti kembali persoalan pengelolaan jalur alternatif di kawasan wisata seperti Puncak. Kehadiran pengatur jalan ilegal sering kali menjadi momok bagi wisatawan, terutama saat kondisi lalu lintas padat.
Diperlukan perhatian lebih dari pihak berwenang untuk memastikan keselamatan dan kenyamanan pengguna jalan di jalur alternatif yang kerap menjadi pilihan wisatawan untuk menghindari kemacetan.
Selain itu, kasus ini menjadi pengingat bahwa komunikasi yang baik antara pengguna jalan dan warga sekitar sangat penting untuk menghindari konflik yang dapat merugikan kedua belah pihak.