Pintasan.co, Jakarta – Halimah Humayrah Tuanaya, akademisi dari Fakultas Hukum Universitas Pamulang, menyatakan bahwa terulangnya kasus kekerasan terhadap jurnalis dalam tiga bulan terakhir merupakan ancaman besar bagi demokrasi di Indonesia.
“Ini sangat memprihatinkan, dalam waktu tiga bulan terakhir ada enam insiden kekerasan yang dialami oleh wartawan. Ini merupakan ancaman serius bagi kebebasan pers sebagai salah satu pilar demokrasi,” ujar Halimah dalam pernyataan tertulisnya pada Senin (7/4/2025).
Menurut Halimah, yang juga aktif di Majelis Hukum dan Hak Asasi Manusia Pimpinan Pusat ‘Aisyiyah, kekerasan terhadap jurnalis adalah bentuk intimidasi nyata yang dapat membungkam kebebasan pers.
Ia menambahkan bahwa kekerasan tersebut tidak hanya menargetkan individu wartawan, tetapi juga kebebasan berpendapat secara umum.
Halimah juga berharap agar aparat penegak hukum bisa menangani kasus kekerasan terhadap jurnalis ini dengan serius.
“Kasus-kasus yang melibatkan ajudan Panglima TNI dan ajudan Kapolri tidak bisa hanya diselesaikan dengan permintaan maaf. Harus ada sanksi tegas, seperti pencopotan dari posisi mereka dan tindakan hukum,” kata Halimah.
Kekerasan terhadap jurnalis belakangan ini semakin marak, baik yang dilakukan oleh aparat maupun oleh pihak tak dikenal.
Salah satu peristiwa yang mencuat adalah pembunuhan jurnalis Juwita di Banjarbaru oleh seorang prajurit TNI AL bernama Jumrah.
Kasus teror yang mengirimkan kepala babi ke redaksi Tempo pada 19 Maret 2025 juga menambah deretan kekerasan yang menimpa wartawan.
Beberapa hari setelah itu, redaksi Tempo kembali menerima kiriman bangkai tikus. Tak hanya itu, jurnalis Kompas.com pun mengalami ancaman dan penggeledahan yang dilakukan oleh aparat.
Pada 27 Februari 2025, Adhyasta Dirgantara, jurnalis Kompas.com, menerima ancaman dari dua pengawal Panglima TNI Jenderal Agus Subiyanto setelah mewawancarai Panglima TNI di Mabes Polri.
Ancaman itu disampaikan secara langsung dengan kata-kata, “kutandai muka kau, ku sikat kau ya.”
Pada 27 Maret 2025, jurnalis Kompas.com lainnya, Rega Almutada, juga menjadi korban tindakan penggeledahan dan pemeriksaan ponsel oleh orang yang diduga aparat tanpa identitas.
Selain itu, jurnalis asal Palu, Situr Wijaya, yang sedang meliput di Jakarta, juga tewas dan kasusnya saat ini masih dalam penyelidikan.
Terbaru, seorang ajudan Kapolri, Jenderal Polisi Listyo Sigit Prabowo, terlibat dalam insiden pemukulan terhadap awak media saat meliput di Stasiun Tawang, Semarang, Jawa Tengah.