Pintasan.co, Gunungkidul – Para nelayan di Pantai Sadeng, Kalurahan Songbanyu, Kapanewon Girisubo, Kabupaten Gunungkidul, mengharapkan adanya dukungan dari pemerintah untuk menyediakan Stasiun Pengisian Bahan Bakar Nelayan (SPBN).
Ketua Kelompok Nelayan Sadeng, Sarpan menyampaikan bahwa keberadaan SPBN akan sangat membantu kelancaran aktivitas melaut para nelayan di wilayah tersebut.
Selama ini, mereka harus memperoleh solar subsidi atau bio solar melalui penyalur atau pihak ketiga, yang dinilai kurang efisien.
“Saat ini, solar subsidi atau bio solar dibeli nelayan dari penyalur. Padahal, kebutuhannya sangat tinggi sekali,” tuturnya saat dikonfirmasi pada Kamis (10/7/2025).
Dia menjelaskan kebutuhan rata-rata bahan bakar untuk satu unit kapal berukuran besar sekitar 90 GT ( Gross Tonnage) setiap kali berangkat, diperkirakan mencapai 2.500 liter solar.
Sedangkan, untuk kapal ukuran 30 GT atau dikenal sekoci rata-rata sekitar 350 liter solar per keberangkatan.
“Kami mohon agar pemerintah bisa mendirikan SPBN di sini,” ucapnya.
Sementara itu, saat ditanya harga bio solar yang didapat nelayan dari penyalur, Sarpan enggan menyebut dengan jelas harganya.
“Kurang tahu harganya kalau sekarang untuk bio solar. Saya soalnya pakai pertalite kalau di sini harga pertalite Rp11.000 perliter sesuai ketentuan maksimal,” ucap dia.
Lebih jauh, Sarpan menuturkan dulunya SPBN pernah didirikan di kawasan Pantai Sadeng, pada awal tahun 1990 an. Namun, karena saat itu jumlah nelayan masih sedikit membuat permintaan BBM tidak tinggi. Hingga, akhirnya SPBN pun ditutup pada 2002 silam.
“Kalau sekarang kan, nelayan lebih banyak sudah seharusnya SPBN didirikan di sini,” ucapnya.
Menanggapi curhatan para nelayan tersebut, Kepala Bidang Perikanan Tangkap Dinas Kelautan dan Perikanan Gunungkidul, Wahid Supriyadi menuturkan sebenarnya sudah mengusulkan pembangunan SPBN di wilayah Pantai Sadeng, melalui kampung nelayan merah putih.
“Sudah kami usulkan juga, hanya ketika minggu lalu desk usulan proposal ternyata wujudnya hanya sampai penyiapan lahan, belum berwujud stasiun pengisian bahan bakar nelayan seperti yang dibayangkan. Ke depan ini akan berprosesnya,” terangnya.
Ia mengklaim bahwa pasokan BBM jenis solar subsidi atau Bio Solar bagi nelayan di Pantai Sadeng masih tergolong mencukupi. Saat ini, harga penyaluran BBM tersebut berada di angka Rp6.800 per liter, ditambah biaya transportasi sebesar Rp1.000 per liter di wilayah Sadeng.
Di Sadeng sendiri, terdapat dua penyalur Bio Solar untuk nelayan, salah satunya adalah Sub Penyalur yang dikelola oleh Badan Usaha Milik Kalurahan (BUMKal) Pucung.
“Kuotanya itu 28.800 liter namun realisasinya baru separuhnya yang terserap, jadi kalau harga solar mahal dimungkinkan karena nelayan menggunakan solar non subsidi seperti dexlite yang saat ini harganya Rp 13.320 perliter,” tandasnya