Pintasan.co, Jawa Barat – Korps HMI Wati (Kohati) Badko HMI Jawa Barat kunjungi Dinas Kesehatan Jawa Barat guna membahas angka prevalensi stunting di Jawa Barat.
Angka prevalensi stunting di Jawa Barat menunjukkan tantangan serius dalam upaya peningkatan kesehatan dan gizi anak.
Ketua Kohati Badko Jawa Barat, Hana Muhammad menyebutkan hal ini menunjukkan perlunya perhatian segera dari semua pihak.
Stunting tidak hanya mempengaruhi pertumbuhan fisik anak, tetapi juga berdampak jangka panjang pada kemampuan kognitif dan produktivitas mereka di masa depan, sehingga memengaruhi perkembangan sosial dan ekonomi daerah.
Berdasarkan data terbaru, prevalensi stunting di Jawa Barat per Tahun 2024 mencapai 23,2% didandingkan dengan Tahun 2023 yaitu sebesar 21,7% yang menempatkan provinsi ini dalam kondisi darurat gizi dan memerlukan intervensi yang efektif.
“Dengan prevalensi stunting yang masih tinggi, penting bagi pemerintah dan masyarakat untuk berkolaborasi dalam program-program peningkatan gizi dan kesehatan ibu serta anak,” ujar Hana melalui release, Selasa, 4 Februari 2025.
“Untuk itu, kami dari Korps HMI Wati (Kohati) Badko HMI Jawa Barat berkolaborasi dengan Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Barat dalam mengurangi stunting melalui edukasi mengenai gizi seimbang dan pola makan sehat harus diperkuat agar masyarakat lebih sadar akan pentingnya nutrisi yang baik dalam mencegah stunting,” imbuhnya.
Sementara itu, Kepala Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Barat, Raden Vini Adiani Dewi menyambut baik gagasan yang membangun dari Kohati Badko HMI Jawa Barat.
Dinkes Jawa Barat siap menjadi mitra dengan Kohati dan HMI dalam mengurangi angka prevalensi stunting di Jawa Barat ini.
“Dengan adanya mitra kerja antara Dinkes Prov. Jawa Barat dengan Kohati dan HMI memberikan solusi terbaik dalam mengurangi angka prevalensi stunting di Jawa Barat yang masih tinggi. Apalagi HMI dan Kohati tersebar hampir di seluruh kabupaten kota, kita bisa bersinergi dalam menekan prevalensi stunting di Jawa Barat ini.” ujar Raden Vini.