Pintasan.co, Jakarta – Aksi unjuk rasa menolak kenaikan tunjangan anggota DPR RI pada Senin (25/8/2025) berlangsung ricuh di kawasan Gerbang Pancasila, pintu belakang Gedung DPR RI.

Situasi memanas ketika aparat gabungan TNI-Polri menembakkan gas air mata untuk memukul mundur massa aksi.

Namun, sebagian demonstran justru melempar balik tabung gas air mata tersebut ke arah polisi, sebagaimana dilaporkan Kompas.com.

Insiden itu terjadi sekitar pukul 15.02 WIB. Massa yang sebelumnya memadati pintu masuk belakang DPR RI mulai terdesak mundur hingga bergerak ke arah Stasiun Palmerah.

Barisan aparat terlihat semakin merapat, lengkap dengan tameng, helm, pentungan, serta tear gas ejector.

Di belakang mereka, kendaraan taktis kepolisian juga siaga mengawal jalannya pembubaran massa.

Di tengah kepanikan, seorang peserta aksi tiba-tiba berlari mengambil tabung gas air mata yang jatuh di jalan, lalu melemparkannya kembali ke barisan polisi.

Meski begitu, aparat tetap melanjutkan desakan dan tidak terpengaruh oleh aksi balasan itu.

Sejumlah massa yang mundur kemudian mencoba naik ke jembatan penyeberangan orang (JPO) menuju Stasiun Palmerah, namun di lokasi tersebut beberapa orang berhasil diamankan petugas.

Kericuhan ini tidak lepas dari kontroversi tunjangan perumahan DPR RI periode 2024–2029.

Sebagai pengganti rumah dinas, tiap anggota Dewan menerima fasilitas uang sewa rumah sebesar Rp50 juta per bulan.

Dengan tambahan itu, total pendapatan mereka diperkirakan mencapai sekitar Rp100 juta per bulan.

Kebijakan ini memicu kritik luas masyarakat karena dinilai berlebihan, terlebih di tengah kondisi ekonomi yang masih sulit.

Baca Juga :  Momen Bersejarah: Sholawat dan Suasana Meriah Warnai Sambutan Warga Luwu Timur untuk Ibas-Puspa