Pintasan.co, Jakarta – Menteri Agama, Nasaruddin Umar, mengharapkan agar kasus yang melibatkan Miftah Maulana, atau Gus Miftah, selaku Utusan Khusus Presiden Bidang Kerukunan Beragama dan Pembinaan Sarana Keagamaan, dapat menjadi pelajaran berharga tentang pentingnya pengendalian diri saat berada di depan publik.
“Apapun ini juga pembelajaran buat Gus Miftah bahwa ketika menjadi penjabat, figur publik seperti ini, harus ada controlling,” ujar Menag Nasaruddin Umar di Bogor, Jawa Barat, Rabu.
Sebelumnya, Gus Miftah, yang dikenal sebagai dai kondang sekaligus Utusan Khusus Presiden Bidang Kerukunan Beragama dan Pembinaan Sarana Keagamaan, menjadi sorotan publik di media sosial.
Pernyataan Gus Miftah terhadap seorang penjual es teh dalam sebuah acara menuai kritik dari berbagai pihak, terutama warganet. Ucapannya dianggap kurang pantas, terlebih karena disampaikan di forum publik.
Menteri Agama, Nasaruddin Umar, menegaskan bahwa sebagai pejabat atau figur publik, identitas yang melekat pada seseorang bukan lagi sepenuhnya milik pribadi, melainkan menjadi bagian dari masyarakat dan pemerintah.
Oleh karena itu, diperlukan pengendalian diri agar tindakan atau ucapan yang disampaikan tidak menimbulkan salah persepsi.
Namun, Menteri Agama Nasaruddin Umar juga mengungkapkan bahwa Gus Miftah menjalani berbagai peran dalam hidupnya, seperti penceramah, Utusan Khusus Presiden, pelawak, hingga pimpinan pondok pesantren.
Oleh karena itu, Menag mengimbau agar masyarakat juga memahami dan menilai Gus Miftah dalam kapasitasnya saat menjalankan kegiatan yang bersifat nonformal.
“Jadi jangan sampai nanti Gus Miftah itu kita potret dengan gaya potret formal, tapi dia sedang dalam keadaan informal. Jadi seniman itu kan paling susah diukur. Nah, jangan lupa bahwa Gus Miftah itu adalah seorang seniman,” kata Menag Nasaruddin.