Pintasan.co – Dalam khazanah Islam, nasihat adalah salah satu pilar penting dalam menjaga dan memperbaiki hubungan antar sesama. Memberikan nasihat adalah bentuk perhatian dan kasih sayang terhadap sesama muslim, sebagaimana sabda Nabi Muhammad SAW, “Agama itu adalah nasihat” (HR. Muslim). Namun, dalam menyampaikan nasihat, Islam menekankan pentingnya cara yang penuh hikmah, tidak menghakimi, serta menghindari prasangka buruk.
Prinsip Menasehati dalam Islam
- Niat yang Ikhlas
Dalam Islam, setiap perbuatan harus didasari oleh niat yang ikhlas hanya karena Allah SWT. Saat kita menasihati seseorang, niat tersebut tidak boleh dilandasi rasa ingin merendahkan, tetapi harus dilandasi niat membantu mereka agar lebih dekat kepada kebenaran dan memperbaiki diri. Allah SWT berfirman:
“Dan tidaklah Kami mengutusmu (Muhammad), melainkan sebagai rahmat bagi seluruh alam.” (QS. Al-Anbiya: 107).
Rahmat ini mencakup cara Nabi Muhammad menyampaikan nasihat, yakni dengan kelembutan dan keikhlasan. - Bersikap Lemah Lembut
Al-Qur’an mengajarkan bahwa dalam menyampaikan nasihat, kita harus bersikap lembut dan tidak kasar. Firman Allah dalam QS. Thaha: 44 kepada Nabi Musa dan Harun, ketika diutus menasihati Firaun, raja yang paling zalim saat itu:
“Maka berbicaralah kamu berdua kepadanya dengan kata-kata yang lemah lembut, mudah-mudahan dia ingat atau takut (kepada Allah).”
Hal ini menunjukkan betapa pentingnya memilih kata-kata yang baik dan lemah lembut, bahkan terhadap orang yang zalim. - Menghindari Prasangka dan Penghakiman
Dalam menyampaikan nasihat, Islam melarang keras untuk menghakimi atau menjatuhkan martabat seseorang. Allah SWT berfirman:
“Wahai orang-orang yang beriman, jauhilah kebanyakan prasangka, sesungguhnya sebagian prasangka itu dosa…” (QS. Al-Hujurat: 12).
Sebuah nasihat yang disampaikan dengan prasangka buruk atau menghakimi akan sulit diterima, karena justru akan melukai hati orang yang dinasihati. - Memilih Waktu dan Tempat yang Tepat
Salah satu hikmah dalam memberikan nasihat adalah memilih waktu dan tempat yang sesuai. Rasulullah SAW, ketika memberikan nasihat, seringkali memilih momen-momen yang tepat, baik secara pribadi maupun dalam keadaan yang tenang. Nasihat yang diberikan di depan umum dengan maksud memalukan seseorang justru akan membuat orang tersebut merasa terhina dan bisa memperburuk keadaan.
Baca juga : Menyikapi Kebaikan yang Dibalas dengan Kejahatan
Contoh dari Rasulullah SAW dalam Memberikan Nasihat
Rasulullah SAW adalah contoh terbaik dalam memberikan nasihat tanpa menghakimi. Ketika seorang sahabat muda datang kepada beliau dan dengan polosnya meminta izin untuk berzina, Nabi tidak memarahi atau menghakiminya.
Sebaliknya, beliau menanyakan pertanyaan yang menyentuh hati pemuda tersebut, “Apakah kamu rela jika perbuatan itu dilakukan kepada ibumu, saudara perempuanmu, atau anak perempuanmu?” Pertanyaan ini membuat pemuda tersebut tersadar akan kesalahan permintaannya, dan ia meninggalkan niat buruknya tersebut dengan penuh kesadaran, tanpa merasa dipermalukan.
Menasihati tanpa menghakimi adalah seni yang memerlukan kelembutan hati, hikmah, dan rasa kasih sayang. Dalam khazanah Islam, nasihat yang baik adalah nasihat yang disampaikan dengan niat yang tulus, tanpa prasangka, dan disampaikan dengan cara yang lemah lembut. Semoga kita semua bisa menjadi pribadi yang mampu menasihati orang lain dengan cara yang baik, dan selalu ingat bahwa setiap dari kita membutuhkan nasihat untuk terus memperbaiki diri.