Pintasan.co, Kudus – Moda transportasi kereta api memang sudah tidak lagi beroperasi di Kabupaten Kudus. Terakhir kali kereta melintas di kota yang dikenal dengan sebutan Kota Kretek ini adalah pada tahun 1986. Meski telah lama tidak digunakan, sisa-sisa kejayaan kereta api masih dapat ditemukan hingga kini.

Salah satu peninggalannya adalah sebuah bangunan seluas 1.830 meter persegi yang terletak di Jalan Agus Salim, Kelurahan Wergu Wetan, Kecamatan Kota Kudus. Dulunya bangunan ini berfungsi sebagai Stasiun Kudus, meski masyarakat sekitar lebih mengenalnya dengan nama Stasiun Wergu.

Saat ini, bangunan yang masuk dalam aset milik PT KAI itu tampak tidak terawat. Atap seng banyak yang berlubang, struktur besi mulai keropos, cat dinding memudar, dan teralis besi terlihat rapuh.

Meskipun telah lama tidak difungsikan dan kini dikelilingi pagar seng, stasiun ini dulunya menjadi titik penting dalam aktivitas ekonomi wilayah.

Rel kereta yang menghubungkan Semarang, Demak, Pati, Rembang, hingga Tuban pernah menjadikan lokasi ini sebagai jalur vital transportasi.

Stasiun ini sendiri diresmikan pada era kolonial, tepatnya pada 15 Maret 1884, oleh perusahaan swasta Semarang-Joana-Stoomtram-Maatschappij (SJS).

Dari keseluruhan sejarah panjang perkeretaapian yang pernah ada di Kabupaten Kudus, masih ada sekelompok orang yang berupaya menjaga ingatan kolektif akan masa kejayaannya. Komunitas Lelana bersama Cerita Kudus Tuwa (CKT), berkolaborasi dengan Indonesian Railway Preservation Society (IRPS) Semarang, mengadakan walking tour menelusuri jejak kereta api di Kudus pada Minggu 22 juni 2025.

Kegiatan ini diikuti oleh 34 peserta dari berbagai daerah dan membawa mereka seolah kembali ke masa ketika kereta api masih menjadi bagian dari kehidupan di Kudus.

Mereka menyusuri jalur-jalur rel kereta lama, dimulai dari kawasan Pasar Kliwon yang dulunya merupakan stasiun pertama sebelum dipindahkan ke Wergu hingga ke titik pertemuan rel yang kini berada di kawasan Simpang Pentol.

Baca Juga :  Terobosan! Pramono Resmikan 5 Taman Buka 24 Jam di Jakarta

Nova David Ariyanto, pemandu dalam kegiatan ini menjelaskan bahwa stasiun pertama di Kudus awalnya berada di Pasar Kliwon sebelum kemudian dipindah ke Wergu.

Selain Stasiun Wergu, jejak peninggalan lain yang masih bisa ditemukan saat ini adalah bangunan bekas depo lokomotif.

“Ini kami membincangkan sejarah kepada para peserta yang memang senang dengan nuansa heritage maupun kereta api. Ini juga untuk nguri-nguri cerita Kota Kudus masa lampau,” kata Nova.

Salah seorang anggota IRPS Semarang Martinus Setiabudi menuturkan, keikutsertaannya dalam susur jalur kereta di Kota Kudus ini karena memang belum banyak data yang terungkap perihal sejarah kereta api di Kudus.

Lelaki yang lahir di Kudus merasa ada yang perlu diketahui publik terkait moda transportasi yang dulu pernah ada dan belakangan hilang karena kalah dengan transportasi lain.

“Kereta api di Kudus hilang karena memang kalah saing dengan transportasi darat lain,” kata Martinus.

Walau kini tak lagi beroperasi, kereta api pernah menjadi bagian penting dalam perjalanan sejarah masyarakat Kudus. Sisa-sisa warisan itu masih terlihat melalui bangunan lama yang masih berdiri hingga kini.

Beberapa waktu lalu, pemerintah kabupaten sempat mengungkapkan rencana untuk mengubah bangunan bekas Stasiun Kudus menjadi pusat kuliner.

Menanggapi hal ini, Martinus berharap agar dalam pemanfaatannya, bentuk asli stasiun tetap dipertahankan. Sebab, meskipun sudah tua, bangunan tersebut menyimpan jejak panjang sejarah transportasi yang pernah mewarnai kehidupan warga Kudus.