Pintasan.co, Surabaya – Digitalisasi keuangan telah membawa perubahan signifikan dalam cara kita mengakses dan mengelola uang.
Dengan berbagai kemudahan yang ditawarkan, seperti pembayaran online, pinjaman digital, dan investasi berbasis teknologi, banyak orang yang kini menikmati kemudahan dalam bertransaksi.
Namun, meskipun potensi digitalisasi keuangan sangat besar, masih banyak tantangan yang harus dihadapi untuk memastikan bahwa teknologi ini dapat digunakan secara inklusif, aman, dan efisien oleh seluruh lapisan masyarakat.
Faktor kesenjangan akses teknologi
Salah satu tantangan utama yang masih mengemuka adalah kesenjangan akses teknologi. Meskipun penetrasi internet semakin meluas, data Bank Dunia (2020) menunjukkan bahwa hampir 37% penduduk dunia masih belum memiliki akses internet yang memadai.
Hal ini menciptakan jurang antara mereka yang dapat mengakses layanan keuangan digital dan mereka yang tidak.
Untuk itu, perlu adanya upaya lebih dalam mengembangkan infrastruktur teknologi, terutama di daerah-daerah pedesaan atau terpencil.
Pemerintah harus memastikan bahwa akses internet bukan hanya menjadi hak orang-orang di kota besar, tetapi juga dapat dinikmati oleh seluruh rakyat Indonesia.
Selain itu, literasi digital menjadi aspek penting. Meskipun banyak orang yang sudah familiar dengan perangkat teknologi, pemahaman mengenai cara mengelola keuangan secara digital masih rendah.
Oleh karena itu, pelatihan dan edukasi finansial yang tepat perlu diperluas untuk memastikan bahwa masyarakat bisa memanfaatkan digitalisasi keuangan secara maksimal tanpa terjebak dalam masalah yang bisa merugikan mereka.
Masalah keamanan dan privasi data
Kritik berikutnya yang sering dilontarkan terkait digitalisasi keuangan adalah masalah keamanan dan privasi data.
Laporan dari Cybersecurity Ventures menyebutkan bahwa pada 2025, kerugian akibat kejahatan siber diperkirakan mencapai $10,5 triliun.
Hal ini menunjukkan betapa besar ancaman yang dihadapi oleh pengguna layanan keuangan digital. Keamanan transaksi dan data pribadi pengguna harus menjadi prioritas utama bagi setiap penyedia layanan keuangan.
Untuk itu, perusahaan fintech harus berinvestasi dalam infrastruktur keamanan yang lebih baik, termasuk penggunaan enkripsi yang lebih kuat dan sistem otentikasi dua faktor (2FA).
Di samping itu, regulasi yang jelas terkait penggunaan dan pengelolaan data pribadi juga sangat diperlukan.
Penyedia layanan keuangan harus memastikan transparansi dalam kebijakan privasi mereka dan memberikan kontrol yang lebih besar kepada pengguna atas data pribadi mereka.
Dalam menghadapi perkembangan pesat di dunia fintech, regulasi yang ada saat ini sering kali tidak cukup cepat untuk mengikuti inovasi.
Regulasi yang ketinggalan zaman dapat menyebabkan kerugian besar, baik bagi konsumen maupun penyedia layanan.
Oleh karena itu, sangat penting bagi pemerintah untuk menciptakan kerangka regulasi yang fleksibel namun tetap tegas, yang dapat mengimbangi kecepatan inovasi teknologi.
Penerapan regulasi yang lebih adaptif juga dapat membantu menciptakan lingkungan yang lebih aman dan terpercaya bagi pengguna.
Kolaborasi antara regulator dan pelaku industri menjadi hal yang sangat penting untuk membangun standar industri yang jelas dan terukur.
Regulasi yang tepat akan membantu memperkuat sistem keuangan digital, bukan hanya dari sisi perlindungan konsumen, tetapi juga dari sisi stabilitas pasar.
Pentingnya digitalisasi keuangan
Digitalisasi keuangan tidak hanya bermanfaat bagi individu, tetapi juga dapat memberikan peluang besar bagi usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM).
Data Google and Temasek (2020) menunjukkan bahwa hanya 15% UMKM di Asia Tenggara yang memiliki kehadiran digital yang signifikan.
Padahal, bagi banyak UMKM, digitalisasi dapat membuka akses ke pasar yang lebih luas dan sumber daya yang lebih efisien.
Penyedia layanan fintech harus mengembangkan produk dan layanan yang sederhana dan terjangkau bagi UMKM.
Selain itu, pemerintah dapat memberikan insentif atau pelatihan khusus untuk membantu UMKM beradaptasi dengan teknologi keuangan digital, yang pada gilirannya akan mendorong pertumbuhan ekonomi.
Digitalisasi keuangan memang menawarkan berbagai kemudahan, namun kita tidak bisa menutup mata terhadap tantangan yang ada.
Untuk mewujudkan sistem keuangan yang lebih inklusif dan aman, kita perlu memperkuat infrastruktur digital, melaksanakan edukasi literasi keuangan yang lebih luas, meningkatkan keamanan data, serta mempercepat penerapan regulasi yang adaptif.
Dengan langkah-langkah tersebut, kita dapat memastikan bahwa digitalisasi keuangan akan membawa manfaat yang lebih besar bagi seluruh masyarakat, tanpa mengesampingkan kelompok yang kurang terjangkau atau rentan terhadap risiko.
Melalui kerja sama antara pemerintah, sektor fintech, dan masyarakat, kita dapat menciptakan ekosistem keuangan yang lebih transparan, aman, dan inklusif.
Dengan begitu, Indonesia akan siap memanfaatkan potensi besar yang ditawarkan oleh digitalisasi keuangan untuk mewujudkan ekonomi yang lebih maju dan berkelanjutan.